Tak Mampu Bayar Biaya Persalinan, Bayi TKI Asal Aceh Ditahan di RS Malaysia
Khaidir dan Nuraini adalah TKI asal Aceh yang sudah 4 tahun di Malaysia, bekerja serabutan sehingga belum memilliki pendapatan tetap
Penulis: Jafaruddin | Editor: Zaenal
Laporan Jafaruddin | Aceh Utara
SERAMBINEWS.COM, LHOKSUKON - Pihak Rumah Sakit Serdang Malaysia sudah sebulan lebih menahan bayi pasangan Nuraini (32) dan Khaidir (23) warga Desa Seneubok Dalam Kabupaten Aceh Timur, karena tak mampu membayar biaya persalinan yang sudah mencapai 18.000 Ringgit Malaysia (atau Rp 61 juta).
Pasangan tersebut sudah berupaya mengutang, tapi jumlahnya sampai sekarang belum juga mencukupi.
Khaidir dan Nuraini adalah TKI asal Aceh yang sudah 4 tahun di Malaysia, bekerja serabutan sehingga belum memilliki pendapatan tetap.
(Baca: Curhat Ayahnya Dililit Utang, Lalu Siswi Ini Sujud Syukur di Hadapan Haji Uma dan Untung Sangaji)
“Nuraini melahirkan pada 2 Februari 2018 lalu d rumah sakit itu. Lalu setelah empat hari melahirkan dokter yang menangani Nuraini mengizinkan pulang setelah menyelesaikan biaya persalinan dan perawatan terhadap ibu dan bayi tersebut saat itu Rp 4.300 atau sekitar 12.5 juta saat itu,” ujar anggota DPD RI asal Aceh Sudirman alias Haji Uma kepada Serambinews.com, Jumat (23/3/2018).
Saat itu, kata Haji Uma, Khaidir hanya memiliki simpanan uang RM 2.000 atau sekitar Rp 6 juta, sehingga tak mencukupi ketika hendak membayarnya.
Lalu dokter yang menangani pasien itu menyebutkan, untuk sementara Nuraini dibawa pulang dulu ke rumah.
Sedangkan bayi tersebut harus ditinggal di rumah sakit itu sebagai jaminan.
(Baca: Hafil Fuddin, Putra Aceh Kelima Pimpin Kodam IM, Ini Pangdam IM Dari Masa ke Masa)
“Dokter itu juga menyebutkan kalau anda sudah mendapatkan uang, anda balik ke sini. Usahakan secepatnya karena biaya rawat bayi semakin hari semakin bertambah,” ujar Haji Uma mengutip keterangan Khaidir.
10 hari kemudian Khaidir menghubungi pihak rumah sakit untuk menanyakan kondisi anaknya itu.
Pihak rumah sakit mengabari kalau biaya perawatan dari mulai persalinan dan ditambah biaya perawatan bayi sudah mencapai 12.000 (Rp 36 juta), sehingga Khaidir semakin bingung dan panik, karena belum mendapatkan uang.
“Kemarin ia datang lagi beserta Muhammad Ansari sekalian 2 orang warga Negara Malaysia ke rumah sakit itu. Ternyata biaya sudah membengkak lagi jadi 18.000 RM atau setara Rp 61 juta rupiah,” kata Haji Uma.
(Baca: 10 Siswa SMK Penerbangan Aceh Berangkat ke Amerika Serikat, Magang ke Pabrik Boeing)