Memasuki Panen Raya di Abdya, Harga Gabah Merosot
Sementara sejumlah petani di Kabupaten Abdya, menduga peristiwa melorot harga gabah sekarang ini karena permainan pedagang
Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Fatimah

Laporan Zainun Yusuf| Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE – Areal tanam padi MT Rendengan 2017/2018 di Kabupaten Aeh Barat Daya (Abdya) dengan luas tanam mencapai 10.092 hektare (ha) tersebar di sembilan kecamatan, sejak Babahrot sampai Lembah Sabil, mulai memasuki panen raya pada ketiga Maret ini.
Baca: Miliki Gaji Rp21 Juta per Hari, Fakta Terkait Tukang Las Bawah Air yang Jarang Diketahui Orang
Seperti biasa, ketika memasuki panen raya, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani setempat, melorot.
Memasuki awal panen MT Rendengan 207/2018 pada awal Februari lalu harga gabah mencapai Rp 5.600 per kilogram (kg), tapi pada pekan ketiga Maret ini melorot menjadi Rp 4.800 per kg untuk gabah yang dipanen secara manual atau memotong dengan alat sabit.
Sedangkan gabah yang dipanen menggunakan alat mesin pemotong, harga pada awal Februari lalu Rp 5.000 per kg anjlok menjadi Rp 4.500 per kg.
Pengusaha penggilingan padi di Desa Keude Siblah, Yulizar dihubungi Serambinews.com, Minggu (25/3/2018) menjelaskan, peristiwa turun harga gabah karena kurang terserap oleh pasar, sementara produksi gabah melimpah.
Yulizar mengakui terjadi perbedaan harga gabah yang dipanen menggunakan mesin dengan gabah yang dipanen dengan sabit.
Gabah yang dipanen dengan mesin ditampung dari petani Rp 4.800 per kg atau turun Rp 800 per kg dari harga awal Februari lalu mencapai Rp 5.600 per kg.
Baca: Likok Pulo, Saman dan Sejumlah Tarian Aceh Lainnya Diajarkan di Dua Perguruan Tinggi di Singapura
Sedangkan harga gabah yang dipanen secara manual atau menggunakan sabit dari Rp 5.000 per kg pada awal Februari lalu turun menjadi Rp 4.500 per kg atau turun Rp 500 per kg.
Soal harga gabah yang dipanen dengan mesin lebih marah karena kadar air lebih tinggi, dimana setelah dikeringkan bisa terjadi penyusutan tidak kurang 15 persen.
Sementara sejumlah petani di Kabupaten Abdya, menduga peristiwa melorot harga gabah sekarang ini karena permainan pedagang dengan memanfaatkan stok gabah melimpah di tingkat petani ketika memasuki panen raya.
Ketika stok gabah tersedia dalam jumlah banyak di tingkat petani, sebagian pedagang terkesan enggan menampung, kecuali dengan harga sedikit miring. “Permainan seperti ini, kerap terjadi ketika memasuki panen raya,” kata petani dari Desa Gudang, Blangpidie.
Baca: Manajemen Baru BPKS Awali Tugas, Ini Kegiatan Pertama yang Dilakukan