Rustam Effendi: Pariwisata Aceh Harus Dikelola Secara Benar, Termasuk Harga untuk Satu Kelapa Muda
Satu objek wisata dengan objek wisata lainnya tidak memiliki standar harga yang sama, baik itu untuk harga tiket maupun harga untuk satu kelapa muda.
Penulis: Mawaddatul Husna | Editor: Safriadi Syahbuddin
Laporan Mawaddatul Husna | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pakar Ekonomi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Rustam Effendi mengatakan kawasan objek wisata di Aceh harus dikelola secara baik oleh pemerintah dengan membentuk UPTD sehingga pendapatan yang diperoleh dari objek wisata tersebut dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD).
Hal ini disampaikannya saat menjadi narasumber tamu by phone dalam talkshow Radio Serambi FM, Kamis (5/4/2018) pagi, membahas Salam (Editorial) Harian Serambi Indonesia berjudul 'Pariwisata Garapan Paling Logis Pengganti Dana Otsus'.
Hadir sebagai narasumber internal dalam talkshow bertajuk Cakrawala itu adalah Sekretaris Redaksi Harian Serambi Indonesia, Bukhari M Ali yang dipandu host, Dosi Elfian.
(Baca: Pariwisata Garapan Paling Logis Pengganti Dana Otsus)
(Baca: Cara Malaysia Gaet 27 Juta Wisatawan)
(Baca: Objek Wisata Sabang Diserbu Pengunjung, Ini Favorit Wisatawan, Tim Pokdarwis Disiagakan)
Menurut Rustam, objek wisata selama ini dikelola masing-masing oleh masyarakat sehingga antara satu objek wisata dengan objek wisata lainnya tidak memiliki standar harga yang sama, baik itu untuk harga tiket maupun harga untuk satu kelapa muda.
"Ini semacam kawasan gak ada tuannya. Kita harus ada komitmen untuk membenahi itu, tiap kawasan (wisata) itu ada pengelolanya. Jangan dikelola masing-masing, sekarang buat standarnya. Kita enggak ada standar ini, manajemen pengelolaannya juga masih sangat kampungan," pungkasnya.
(Baca: Wisatawan Sambut Baik Rute Baru Malindo Air Banda Aceh-Penang)
(Baca: Pariwisata Aceh Bisa Lebih Hebat dari NTB)
(Baca: Tembakau Hijau dari Gayo Mulai Mendapat Pasar di Jakarta, Jadi Souvenir Wisata Daerah)
Dikatakan, pemerintah harus mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional seperti melatih para guide sehingga pelayanan dan keramahan yang diberikan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung lagi ke Aceh.
"Tidak hanya membangun gedung, tanpa ada menajemen yang profesional semuanya sia-sia. Setelah kita buat gedung enggak ada yang jaga. Maka ke depan (objek wisata) harus dikelola dengan benar, dibuat standar yang bagus jangan mencekik," demikian Rustam Effendi.(*)