Kupi Beungoh

Aula Andika Fikrullah, Anak Tukang Sayur yang Lolos Beasiswa ke AS Setelah 53 Kali Gagal

Tak terhitung berapa kali namanya ditempatkan pada daftar tunggu yang panjang untuk beasiswa internasional bergengsi...

Editor: Eddy Fitriadi
IST
Aula Andika dan Ibunya. 

Tulisan ini ditulis oleh Ryan Sutherland, pemuda asal Amerika Serikat yang saat ini sedang mempelajari Bahasa Indonesia di Universitas Syiah Kuala. 

SERAMBINEWS.COM - “Ketika tim dari USAID menelepon memberi tahu bahwa saya dinyatakan sebagai penerima beasiswa ke Amerika, Saya tidak percaya. Saya terdiam seribu bahasa,” kata Aula Andika Fikrullah Al Balad.

Aula merupakan salah satu dari 23 penerima beasiswa USAID Prestasi yang melanjutkan studi pascasarjana di Amerika Serikat (AS). "Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan," tambah Aula.

Sejak didirikan pada tahun 2007, program beasiswa ini telah memperkuat hubungan diplomatik dan mendorong kerjasama timbal balik antara Amerika Serikat dan Indonesia dengan membantu ratusan siswa belajar untuk gelar master mereka di bidang akademik yang ditetapkan sesuai dengan USAID Indonesia lima tahun Strategi Kerjasama Pembangunan Negara.

Banyak siswa yang telah berpartisipasi dalam program Prestasi dan melanjutkan karir terhormat di pemerintahan, industri, dan akademisi, dan menduduki peran kepemimpinan di komunitas mereka.

Menerima beasiswa USAID Prestasi merupakan kelegaan luar biasa, konfirmasi dari kerja keras dan prestasi akademik bagi Aula. Betapa tidak, Aula tidak asing dengan penolakan.

Tak terhitung berapa kali namanya ditempatkan pada daftar tunggu yang panjang untuk beasiswa internasional bergengsi, tetapi dia selalu menerima tanggapan yang sama, ditolak. Dia belajar untuk tidak terlalu berharap. Dia terus melamar dan berdoa.

Setahun sebelumnya, Aula terdaftar sebagai penerima cadangan beasiswa Erasmus Mundus dengan tujuan Universitas Uppsala di Swedia. Selanjutnya, dia mendapat kesempatan wawancara untuk Proyek ALFABET Erasmus untuk belajar di universitas di Polandia.

Beberapa hari kemudian, dia menerima email yang sangat akrab yang dimulai dengan kata-kata “kami minta maaf untuk memberi tahu Anda bahwa ...” Dia tidak perlu membaca lebih lanjut untuk memahami bahwa dia telah ditolak lagi.

Tapi Aula tidak membiarkan penolakan menghalangi dia. Dia telah mendaftar ke lebih dari 53 program internasional yang tidak berhasil. Setelah mendaftar lagi dan lagi, pemberitahuan beasiswa USAID adalah kejutan. Dia akhirnya diterima.

“Saya percaya bahwa Allah bukan tidak memberikan saya kesempatan, tapi menunda hingga waktu saya siap menerima semua anugerah itu. Dan sekarang adalah waktunya. Bismillah, semoga dengan ini akan semakin mendekat diri saya denganNya. Intinya jangan pernah menyerah. Coba sampai berhasil. Jangan biarkan penolakan menghentikan langkah kita, dan terus mengejar impian tidak peduli betapa sulitnya. Insya Allah akan selalu ada jalan,” kata Aula, menawarkan saran kepada siswa yang memburu beasiswa untuk belajar di luar negeri.

Pemuda asal Lampasi Engking, Darul Imarah, Aceh Besar, ialah yang pertama di keluarganya yang memiliki pendidikan. Ayahnya meninggal dalam konflik separatis Aceh 14 tahun yang lalu hanyalah tamatan sekolah rakyat, adapun ibunya tidak pernah sekolah dan hanya membuka berjualan sayuran untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan Aula sering membantunya sebelum dan sesudah sekolah.

“Saya masih teringat pesan almarhum dulu, belajar yang rajin karena hanya dengan ilmu “pendidikan” diri kita akan mulia. Jangan sampai keterbatasan ekonomi menghalangi diri untuk terdidik. Saya ingin mengajarkan diri sendiri dan yang lain pula bahwa pentingnya pendidikan. Saya percaya pendidikan adalah karunia terpenting dalam hidup,” kata alumnus penerima beasiswa Bidikmisi Pendidikan Fisika Universitas Syiah Kuala ini.

Di Aceh, Aula telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin komunitas yang terampil dengan komitmen untuk kesukarelaan dan keadilan sosial. Aula tercatat sebagai sekretaris Pesantren Raudhatul Mubarakah.

Selain itu, ia melayani sebagai koordinator Volunteer di Forum Bangun Aceh, sebuah LSM di Emperoum yang berfokus pada masalah ekonomi dan pendidikan, dan mengadvokasi bagi orang-orang yang hidup dengan kecacatan. Dia juga ketua hubungan masyarakat di Forum Lingkar Pena.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved