Citizen Reporter
Masa Belajar yang Menyenangkan di Lithuania
MENJADI mahasiswa internasional tentu saja menjadi cita-cita mayoritas mahasiswa
OLEH INTAN DESTIA HELMI, Mahasiswi International Accounting Program Universitas Syiah Kuala, peserta program pertukaran pelajar, dan penyiar televisi, melaporkan dari Kaunas, Lithuania, Eropa Timur
MENJADI mahasiswa internasional tentu saja menjadi cita-cita mayoritas mahasiswa. Berbagai cara dilakukan, misalnya, aktif mendaftar dalam berbagai program pertukaran pelajar agar bisa menikmati suasana belajar di luar negeri.
Tidak sedikit dari mahasiswa yang berjuang mati-matian agar bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri, bahkan sebelum program pendidikan sarjananya di negeri sendiri berakhir. Peluang ini diminati karena output yang nantinya diperoleh seperti pengalaman, prestasi, bahkan kebiasaan yang terbentuk akan menjadi modal dasar untuk meraih sukses di masa depan.
Pada akhir Mei lalu, alhamdulillah saya menerima e-mail bahwa saya diterima untuk mengikuti program pertukaran pelajar di Lithuania, Eropa Timur yang didanai oleh Education Exchange and Support Foundation. Pada saat penyeleksian, begitu banyak persyaratan yang diminta, termasuk surat rekomendasi dari dosen, surat motivasi, di samping menjawab berbagai pertanyaan, dan mempersiapkan paspor, surat aktif kuliah, piagam penghargaan, dan lain-lain.
Perjuangan berat tersebutlah yang akhirnya mengantarkan saya untuk bisa menikmati pendidikan singkat di Eropa pada tahun 2018 ini.
Pada saat tiba di Lithuania, berbagai kebutuhan telah saya persiapkan mulai dari makanan ringan dan berat, fasilitas belajar, stamina, dan berbagai kelengkapan nutrisi untuk menjaga daya tahan tubuh selama di sini. Berbagai kenyataan yang saya terima selama di sini seperti waktu shalat yang sangat berdekatan pada malam hari (Magrib 21.48, Isya 00.02, Subuh 02.47, Zuhur 13.34, dan Asar 17.54) membuat saya harus sangat disiplin dan bijak dalam mengatur waktu.
Saya memulai belajar di pagi hari pukul 09.00 waktu setempat. Perjalanan dari asrama menuju kampus memakan waktu sekitar 25 menit. Oleh karenanya, saya harus bangun dua jam lebih cepat di pagi hari untuk mempersiapkan segala kebutuhan, misalnya sarapan, makan siang, dan kebutuhan lainnya.
Setelah beberapa hari menikmati kehidupan baru di Eropa, saya menyadari bahwa kesiapan dan kesigapan adalah segalanya sehingga kebiasaan hidup di Eropa mendidik saya menjadi seseorang yang lebih bijaksana, disiplin, dewasa, dan cerdas dalam menyikapi berbagai situasi. Meskipun saya berada di lingkungan yang hampir tak ada penganut muslimnya, tetapi masyarakat Eropa cukup toleran dalam menghargai setiap keyakinan yang ada di dunia ini sehingga saya tak menemukan masalah dalam menunaikan kewajiban saya sebagai muslimat. Misalnya, saat menunaikan shalat dan memilih berbagai makanan yang bisa dan tak bisa saya konsumsi. Bahkan, mereka terlebih dahulu memberikan informasi kepada saya tentang makanan yang mereka sajikan tanpa saya bertanya terlebih dahulu. Hal ini membuat saya mampu beradaptasi lebih cepat dari perkiraan.
Masyarakat Eropa juga sangat menghargai mahasiswa, terutama yang berasal dari luar negaranya. Ini membuat saya merasa sangat tersanjung dengan setiap pelayanan yang mereka berikan.
Terkait dengan nilai mata uang, Lithuania menggunakan mata uang euro sehingga nilai tukar terhadap rupiahnya bisa dikatakan cukup berbanding terbalik. Untuk saat ini, 1 euro sekitar Rp16.695. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya sebagai mahasiswa Indonesia untuk mengatur segala pengeluaran pribadi agar kondisi keuangan saya tetap stabil. Tetapi hal baiknya di sini adalah segala jenis bahan makanan disajikan dalam bentuk fresh, sehat, serta asli sehingga saya tak perlu khawatir dalam memastikan kualitas produk yang akan saya beli.
Untuk segala jenis produk bermerek internasional, sebagian produk yang dipasarkan di negara ini harganya lebih murah dibanding harga yang diperjualbelikan di Indonesia, sehingga lebih mudah bagi saya membeli produk yang saya inginkan.
Saat membeli produk, setiap toko memberlakukan biaya untuk plastik maka pelanggan harus mempersiapkan tas bawaannya dari rumah jika ingin berbelanja. Ketentuan ini dilakukan masyarakat Eropa dalam rangka mengurangi penggunaan plastik agar tidak mencemari lingkungan hidup.
Bagi mahasiswa internasional, terutama yang sedang menempuh pendidikan di kota yang sedang saya tempati ini, pihak universitas menyediakan pelayanan yang sangat baik. Bukan hanya segala administrasi di universitas, tetapi juga berbagai kelengkapan yang disediakan di asrama. Penataan kamar, laundry, ruang belajar, ruang bermain, dan perlengkapan yang cukup memadai membuat saya nyaman di asrama.
Biaya asrama yang dibebankan kepada mahasiswa bervariasi, tergantung kebutuhan, dimulai dari 3-5 euro per harinya. Bisa dikatakan, universitas memberikan fasilitas yang cukup lengkap dan efisien bagi mahasiswa yang ingin menempuh pendidikannya di negara ini.
Saat ini, saya sedang studi di Vytautas Magnus University (dalam bahasa Lithuania “Vytautas Dziziojo Universitetas”). Universitas ini merupakan salah satu yang tertua di Lithuania. Namanya diadopsi dari nama seorang Grand Duke dari kerajaan terdahulu, yaitu Vytautas the Great yang juga telah menyumbangkan peradaban luar biasa bagi Lithuania sepanjang sejarah. Ia pernah menjadikan Lithuania sebagai negara terkuat pada abad terdahulu bersama Belarusia dan Rusia.