Luar Negeri

Amerika Serikat dan Turki Bersengketa, Yang Bakal Untung Malah Rusia, Mengapa?

Perselisihan yang terjadi antara Amerika Serikat ( AS) dan Turki oleh pengamat disebut bakal menguntungkan Rusia.

Editor: Faisal Zamzami
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri), ketika bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah pertemuan di Gedung Putih Mei 2017.(Xinhua/Barcroft Images) 

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON DC - Perselisihan yang terjadi antara Amerika Serikat ( AS) dan Turki oleh pengamat disebut bakal menguntungkan Rusia.

Diketahui sebelumnya, Turki dan AS mengalami ketegangan buntut penahanan salah seorang pendeta Gereja Presbyterian, Andrew Brunson.

Brunson yang sudah tinggal di Turki selama 23 tahun ditangkap dengan tuduhan terlibat dalam upaya kudeta di 2016.

Washington mendesak Turki agar bersedia membebaskan Brunson seraya mengancam bakal memberlakukan sanksi jika tak melakukannya.

Ancaman itu menjadi kenyataan dengan AS memberi sanksi kepada dua menteri Turki.

Baca: Mengenal Bulan Mini, Asteroid Kecil yang Mengorbit Ke Bumi

Baca: Kekayaan Sandiaga Uno Melonjak Rp 1,2 Triliun Dalam Dua Tahun

Selain itu, mereka juga menggandakan bea masuk produk aluminium dan baja.

Hantaman penggandaan bea masuk dan sanksi membuat mata uang Turki, lira, merosot hingga 15 persen pada pekan lalu.

Analis berkata seperti diberitakan Newsweek Selasa (14/8/2018), Turki merupakan salah satu kekuatan militer terbesar di Organisasi Pertahanan Atlantik Utara ( NATO).

Analis seperti Magdalena Kirchner mengatakan, sengketa AS dan Turki bisa memaksa mereka untuk mencari sekutu baru.

Jika itu terjadi, Rusia dilaporkan dengan senang hati bakal mengisi tempat tersebut, yang sudah mereka tunjukkan lewat kunjungan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.

Baca: Nia Ramadhani Laksanakan Ibadah Haji Bareng Suami, Penampilannya saat di Bandara Jadi Perbincangan

Baca: Bolehkah Berkurban untuk Orang yang Sudah Meninggal? Ini Kata Ustaz Abdul Somad

Dia memberi dukungan kepada seruan pemerintah Turki agar rakyatnya mulai menanggalkan dolar AS, dan menggunakan lira dalam perdagangan ke luar.

"Saya yakin seiring berjalannya waktu peran dolar AS sebagai mata uang global bakal semakin melemah," kata Lavrov.

Kirchner berujar, secara ekonomi Rusia sebenarnya tidak berada dalam posisi untuk membantu Turki.

Adalah sikap politik mereka yang bisa menguatkan Ankara.

"Dengan dukungan Rusia, Presiden Recep Tayyip Erdogan bisa menunjukkan kepada rakyatnya Turki tak sendirian menghadapi AS," ulas Kirchner.

Baca: Jelang Idul Adha 1439 H, 10 Kemuliaan Ini Bisa Didapat dengan Puasa Arafah, Catat Tanggalnya!

Baca: Mahasiswa Aceh Singkil Kirim Bantuan untuk Korban Gempa Lombok

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved