Debat Bahasa Asing Siswa SMK Kurang Peminat
Kecuali bahasa Inggris yang lumayan pesertanya, sedangkan dua bahasa asing lainnya, bahasa Jerman dan bahasa Jepang ternyata sangat minim,
Penulis: Nasir Yusuf | Editor: Yusmadi
Laporan M Nasir Yusuf | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Debat bahasa asing untuk kalangan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tingkat Provinsi Aceh tahun 2018 ini terlihat kurang peminat.
Kecuali bahasa Inggris yang lumayan pesertanya, sedangkan dua bahasa asing lainnya, bahasa Jerman dan bahasa Jepang ternyata sangat minim pesertanya.
Hal itu terlihat ketika Kepala Bidang Pembinaan SMK Dinas Pendidikan Aceh, Teuku Miftahuddin MPd yang membuka acara debat Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, Jerman, dan Jepang di Hotel Grand Aceh Syariah.
Baca: Puluhah Siswa SMK Dilatih Jurnalistik, Ini Tujuannya
Pada pembukaan acara tersebut, Teuku Miftahuddin, menyempatkan diri menanyakan langsung kepada peserta Debat bahasa Indonesia dan Bahasa Asing yang diselenggarakan di Grand Aceh Syariah Hotel, Banda Aceh, Rabu (15/08/2018) malam.
Dari seratusan peserta Debat yang mengikuti debat Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan bahasa Jepang, jumlah pesertanya untuk bahasa Jerman dan bahasa Jepang ternyata berada di bawah 10 tim yang berlomba.
Melihat sedikitnya jumlah peserta lomba, Kabid Pembinaan SMK Disdik Aceh, Teuku Miftahuddin mengharapkan kepala sekolah dan cabang dinas pendidikan di daerah harus mempersiapkan tim sejak dini.
“Ya kalau perlu se kembali dari lomba debat ini, sekolah-sekolah sudah harus memantau siswa yang layak untuk mengikuti debat bahasa asing tersebut.” Tegas Miftahuddin.
Dikatakan, kemampuan berdebat dalam bahasa asing bagi anak-anak Aceh ke depan semakin penting.
Dengan kemampuan berbahasa asing, tambah Miftahuddin, para siswa SMK bisa dengan mudah merebut peluang kerja yang tersedia dimana pun.
Baca: Berhenti Berdebat
Karena itu, Teuku Miftahuddin MPd meminta siswa SMK di Aceh tidak hanya jago dalam bekerja dengan keahlian bidang ilmu yang dimiliki. Tapi juga harus menjadi jago dalam debat dan mempertahankan gagasan yang coba dikembangkan di dalam masyarakat.
Belum merata
Sementara itu Ketua Panitia Debat bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya untuk tingkat Provinsi Aceh, Drs Zulkarini, mengakui banyak daerah yang tidak mengirimkan gurunya ke Debat Bahasa Inggris, Jerman, dan bahasa Jepang.
“Kita berharap tahun 2019 mendatang, semua daerah bisa mengirimkan timnya ke lomba Debat tingkat Provinsi Aceh ditutup. (*)