Makamnya akan Dikunjungi Ustaz Abdul Somad, Ini Sekelumit Kisah Hidup Syekh Hamzah Fansury

Kunjungan dai kondang asal Riau ini diharapkan akan menjadi momen mempopulerkan keberadaan makam ulama sufi Syekh Hamzah Fansury.

Penulis: Khalidin | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/IST
Kolase Serambinews.com 

Laporan Khalidin I Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM - Makam Syekh Hamzah Fansury di Desa Oboh, Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam masuk menjadi salah satu destinasi kunjungan Ustadz Abdul Somad atau akrab disapa UAS dalam agenda safari dakwah di daerah itu, Selasa (27/11/2018) mendatang.

Kunjungan dai kondang asal Riau ini diharapkan akan menjadi momen mempopulerkan keberadaan makam ulama sufi yang juga ahli filosofi dan sastrawan internasional ini sebagai destinasi wisata religi.

Baca: VIDEO - Tourism Malaysia Medan Adakan Malaysia Truly Asia Travel Mart 2018 di Banda Aceh

Ketua Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Kota Subulussalam, Ustadz Muhammad Iskandar Lc, kepada Serambinews.com Sabtu (10/11/2018) mengatakan ziarah ke makam Syekh Hamzah Fansuri atas permintaan pemerintah setempat dalam rangka mengangkat kembali kemasyhuran ulama yang dikenal dengan salah satu karya populernya berjudul 'Syair Perahu'.

Ustadz Iskandar juga berharap kerja sama dengan seluruh elemen masyarakat dan Ormas untuk menyukseskan tabligh akbar dalam rangka Maulid Nabi Muhammad saw.

Baca: Besok UAS Ceramah di Lhoksukon, Aceh Utara, Panitia Imbau Jamaah Siapkan Payung Sebelum Hujan

Apalagi, lanjut Ustaz Iskandar, kunjungan ke Subulussalam ada momen ziarah sehingga diharapkan dapat menggabungkan karya tulis dan sejarah Syekh Hamzah Fansuri agar dikenal di penjuru nusantara bahkan dunia.

Untuk diketahui, makam ulama sufi yang juga ahli filosofi dan sastrawan internasional ini patut dikunjungi karena memiliki nilai historis yang monumental lewat berbagai karyanya.

Baca: 7.000 Guru Kontrak belum Terima Honor 4 Bulan

Berdasarkan sejumlah referensi, Syekh Hamzah Fansuri merupakan seorang cendekiawan, ulama tasawuf, dan budayawan terkemuka Aceh. Ia salah satu penyebar agama Islam di Aceh.

Desa Oboh terletak sekitar 23 kilometer atau 30 menit perjalanan darat dari pusat Kota Subulussalam. Makam sang ulama masyhur ini terawat rapi dalam bangunan kecil. Sebuah sungai mengalir tak jauh dari sisi kiri makam. Di tempat itu, tak hanya Syekh Hamzah Fansuri yang dimakamkan.

Baca: Diduga Markup, Jaksa Bidik Proyek Pengadaan Monografi dan Buku Desa di Agara Senilai Rp 7 Miliar

Di sekitarnya ada tiga makam lagi, yakni sahabat dan mertua Fansuri. Bagi siapa saja yang berkunjung, akan merasakan suasana tenang di tempat ini. Sejarawan Aceh Ali Hasjmy dalam bukunya Jembatan Selat Malaka menuliskan, Hamzah juga memiliki seorang saudara bernama Ali.

Pada masa Sultan Alaiddin Malikussaleh memimpin Kerajaan Islam Samudera Pasai (1261-1289 Masehi), berduyun-duyun ulama Persia datang ke sana untuk mengajar di dayah-dayah. Berbagai referensi dan artikel menyebutkan nama Fansur merupakan sebutan orang-orang Arab terhadap Kota Barus dan dalam kisah lain dikatakan menunjukkan daerah Singkil, Aceh.

Baca: Diguyur Hujan Lebat, Puskesmas Singkil Kebanjiran, Persiapan Akreditasi Terganggu

Kota kecil ini berada di pantai barat Sumatera yang terletak antara Sibolga, Sumatera Utara, dan Singkil, Aceh. Namun yang pasti, Syekh Hamzah Fansuri diakui sebagai salah seorang tokoh kaliber besar dalam perkembangan Islam di nusantara. Ia juga pujangga Islam yang menghiasi lembaran sejarah kesusastraan Melayu dan Indonesia.

Bahkan, penyair dan ahli tasawuf Aceh abad ke-17 tersebut, Selasa (13/8/2013) lalu mendapat anugerah Bintang Budaya Parama Dharma, yang diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam acara penganugerahan Bintang Maha Putera, dan Tanda Jasa di Istana Negara.

Baca: Lulus Ujian SKD CPNS, Pria Ini Bagi Tips yang Ia Terapkan Saat Tes, Nomor 7 Sangat Penting

Hamzah Fansury hidup dan berpengaruh pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), merupakan tokoh utama yang mengangkat bahasa Melayu dari bahasa lingua-fransca, menjadi bahasa ilmu dan sastra.

Peneliti dari Malaysia Prof Dr Naguib Alatas dalam bukunya “The Mysticcism of Hamzah Fansuri” menyebut Hamzah Fansyuri sebagai Pujangga Melayu terbesar dalam abad XVII, penyair Sufi yang tidak ada taranya pada zaman itu.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved