37 Persen Balita di Aceh Bertubuh Pendek Melebihi Rata-rata Nasional, Ini Penyebabnya

Angka stunting bayi dan Balita di Aceh mencapai 37,3%, angka itu lebih tinggi dari pada angka stunting nasional, yaitu 30,8%.

Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Ansari Hasyim
TRIBUNNEWS.COM
stunting 

Laporan Muhammad Nasir I Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Tim Penggerak PKK Aceh meluncurkan Gerakan Penurunan Stunting yang rencananya akan dilaksanakan pada 25 januari 2019 nanti.

Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua TP PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, Jumat (30/11/2018) di Pendopo Wakil Gubernur Aceh, Banda Aceh.

Baca: Stop ‘Stunting’ (Bek Paneuk)

Dalam rapat khusus dengan Dinas Kesehatan Aceh beserta stakeholder lainnya, Dyah Erti Idawati gerakan percepatan penurunan angka stunting akan dilaunching di Aceh bertepatan dengan Hari Gizi ‪Nasional, yaitu 25 Januari 2019.

Baca: 11.000 Balita di Pidie Mengalami Stunting

Menurutnya, program penurunan stunting ini sangat penting dan mendesak dilaksanakan secara sitematis dan hasilnya harus terukur.

Dikatakan Dyah, stunting merupakan kondisi kekurangan gizi kronis yang ditinjau dari perbandingan tinggi badan dan umur seorang bayi atau Balita pendek.

Angka stunting bayi dan Balita di Aceh mencapai 37,3%, angka itu lebih tinggi dari pada angka stunting nasional, yaitu 30,8%.

Baca: ‘Stunting’ Mengancam Aceh

“Angka ini berdasarkan data yang dipaparkan dalam beberapa forum nasional yang saya ikuti,” jelas istri Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah itu.

Bahkan, lanjutnya, angka stunting bayi dan balita untuk umur dua tahun, Aceh merupakan yang tertinggi di Indonesia. Penyebabnya, karena kurangnya asupan gizi/protein, serta adanya serangan penyakit pada bayi dan balita.

Ia menambahkan, penanggulangan stunting harus dilakukan melalui intervensi program peningkatan ketersediaan pangan dan perbaikan gizi masyarakat yang lebih strategis.

Oleh karena itu, PKK Aceh dan stakeholder terkait akan terus melakukan gerakan percepatan penurunan stuntin, terutama untuk daerah yang berstatus sebagai daerah darurat gizi.

“Kita akan dipilih satu kabupaten sebagai pilot project yang akan diaplikasikan program tersebut. Apabila pilot project ini dinilai berhasil, akan dicontoh dan diaplikasikan pada daerah lain,” kata Dyah.

Pada kesempatan tersebut, Dyah juga berterimakasih pada lembaga PBB, Unicef yang telah melakukan intervensi langsung di empat yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Kota Sabang, Simeulue dan Kabupaten Singkil.

Selain itu, Unicef juga melakukan intervensi tidak langsung terhadap stunting di Kabupaten Nagan Raya, Aceh Selatan, Pidie serta Kabupaten Gayo Lues. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved