Fenomena Krisis BBM
Krisis Premium di Lhokseumawe, Angkutan Umum Ikut Rasakan Imbas, Ini Cerita Seorang Sopir Labi-labi
Sejumlah angkutan umum dalam kota atau labi-labi yang harus rela mengantre, walaupun SPBU Simpang Kuta Blang belum ada pasokan premium.
Penulis: Saiful Bahri | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Antrean panjang kendaraan untuk memperoleh bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU saat ini menjadi pemandangan biasa di Kota Lhokseumawe.
Tidak terkecuali, sejumlah angkutan umum dalam kota atau labi-labi yang harus rela mengantre, walaupun SPBU Simpang Kuta Blang belum ada pasokan premium.
Petugas SPBU hanya melayani kendaraan yang ingin mengisi BBM non subsidi saja.
Kondisi ini seperti terpantau Serambinews.com saat melintasi kawasan Simpang Kuta Blang, Senin (21/1/2019) sekitar pukul 11.00 WIB.
Baca: Pemuda Nagan Ditembak Saat Menjambret di Aceh Barat, Emas 50 Mayam dan Uang Rp 29 Juta Diamankan
Baca: Honorer RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh Unjuk Rasa, Ini Sejumlah Tuntutan Massa
Baca: Setelah Dicari Sembilan Jam, Guru SMKN 1 Lhokseumawe yang Tenggelam Sungai Cunda Ditemukan Tewas
Jafar, sopir labi-labi trayek Lhokseumawe-Geudong menjelaskan, biasanya pada Senin, di SPBU Kuta Blang premium tersedia meskipun waktunya belum pasti.
“Kadang-kadang jam 11, bisa jadi jam tiga, bahkan ada yang jam enam sore,” jelasnya.
Meskipun belum pasti pukul berapa premium dipasok ke SPBU tersebut, para sopir angkutan umum ini tetap rela mengantre supaya besok bisa tetap mencari nafkah.
Para sopir menuturkan mereka membeli premium di SPBU Rp 100 ribu- Rp 150 ribu.
Untuk trayek Lhokseumawe-Geudong, premium sebanyak itu bisa habis dalam empat atau lima trip.
“Saya mulai mencari sewa sejak subuh. Hingga jelang siang sudah sekitar empat kali pulang pergi. Jadi stok premium di tangki mobil saya sudah mau habis. Sehingga mau tidak mau, harus berusaha untuk bisa membeli premium kembali,” kata Jafar.
Karena kondisi tersebut, maka Jafar rela mengantre di SPBU.
“Ada juga pengalaman, sudah antre dari jelang siang hingga sore hari, ternyata tidak ada pasokan premium. Terpaksa besok paginya tidak berkerja, dan keluar rumah siang harinya hanya untuk dapat membeli premium kembali,” ujarnya.
Termasuk seperti yang dilakukan Jafar hari ini, belum pasti sampai sore nanti ia bisa memproleh premium.
“Tapi ini harus kami lakukan. Karena bila mengisi pertalite, tidak sepadan dengan penghasilan kami,” demikian Jafar, yang merupakan warga Kandang, Lhokseumawe.(*)