Sosok Jurnalis
Acha, Wartawan Investigasi Aceh Pertama yang Menghentak Dunia Lewat Laporan Tragedi Cot Pulot Jeumpa
Nama Acha akan selalu abadi tercatat dalam sejarah pers Aceh sebagai sosok wartawan sejati atas jasanya mengungkap sebuah fakta dan kebenaran.
Penulis: Ansari Hasyim | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM - Achmad Chatib Ali atau sering disingkat menjadi Acha adalah sosok yang paling berjasa dalam mengungkap sebuah peristiwa pembantaian yang menewaskan 99 warga Aceh dalam tragedi berdarah Cot Pulot Jeumpa, Aceh Besar.
Lewat laporan investigasinya yang dimuat di Harian Peristiwa yang terbit di Kutaraja (Banda Aceh), Acha membuat dunia heboh.
Di Harian yang terbit sekitar tahun 1950-an itu Acha menurunkan laporan investigasinya yang bernas di halaman satu dengan judul “Bandjir Darah di Tanah Rentjong”.

Laporan Harian Peristiwa edisi 10 Maret 1955 itu turut mencantumkan daftar warga yang ditembak oleh Batalyon 142, Peleton 32 dengan memakai senjata Bren, 2 mobil, 2 jeep, 2 truk.
Baca: Kesabaran Guru yang Ditantang Siswa Dapat Banyak Apresiasi: Ditawari Umrah hingga Hadiah dari Hotman
Baca: Fakta Nyata, Pergi ke Surabaya via Kuala Lumpur, Keluarga Aceh Ini Bisa Hemat Biaya Rp 32 Juta
Baca: Negara Bagian California Berniat Tarik Pasukan dari Perbatasan Meksiko, Ini Alasannya
Laporan tersebut kemudian secepat kilat menjadi santapan dunia internasional.
Beberapa harian yang terbit di Jakarta seperti Indonesia Raya dan media terbitan luar negeri sepeti New York Times, Washington Post yang terbit di Amerika Serikat atau Asahi Simbun yang terbit di Jepang ikut mengutip laporan tersebut.
Warga Aceh di Jakarta melancarkan protes keras kepada Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo agar mengirim misi menyelidiki kasus itu.

Sosok Acha dengan karya jurnalistiknya yang mumpini telah membuka mata dunia tentang tragedi pelanggaran HAM berat yang terjadi di Aceh dalam peristiwa berdarah di Cot Pulot Jeumpa, Aceh Besar.
Kronologi pembantaian
Menurut wartawan senior Aceh Murizal Hamzah dalam tilisannya "Tragedi Cot Pulot Jeumpa Februari 1955", peristiwa terbesar pada masa rezim Orde Lama itu diawali dari bentakan militer Indonesia yang menyeret warga berdiri berjejer di pantai.
Dalam amuk kemarahan yang membara-bara, prajurit TNI menggiring anak-anak, pemuda dan orangtua ke pantai Samudera Indonesia. Mereka diperintahkan menghadap lautan lepas.
Beberapa detik kemudian, tanpa ampun, moncong senjata otomatis memuntahkan ratusan peluru. Puluhan tubuh pria tewas membasahi pasir.
Dalam sejarah kelam, fakta ini dikenal dengan peristiwa Cot Pulot Jeumpa di Gampông Cot Pulot dan Gampông Jeumpa Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar pada Februari 1955.
Insiden yang meluluhlantakan nilai-nilai kemanusiaan diawali dari sehari sebelumnya sebuah truk militer membawa berdrum-drum minyak dan 16 tentara melintasi Cot Pulot.
Mendekat jembatan Krueng Raba Leupung, tentara Darul Islam yang dipimpin oleh Pawang Leman menghadang.
