Forpi Aceh Ajak Pemuda tak Golput

Forum Pemuda intelektual (Forpi) Aceh mengadakan Focus Group Discussion (FGD) di Café 3in1

Editor: bakri
IST
AKADEMI Unsyiah, Effendi Hasan didampingi Inisiator Kaukus Pemuda Aceh yang juga Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry, Budi Azhari dan Norma Manalu dari aktivis perempuan serta moderator, Tjut Ika Mauliza menyampaikan pendapatnya pada acara Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Forum Pemuda intelektual (Forpi) Aceh di Café 3in1, Banda Aceh, Minggu (24/2). 

BANDA ACEH - Forum Pemuda intelektual (Forpi) Aceh mengadakan Focus Group Discussion (FGD) di Café 3in1, Banda Aceh, Minggu (24/2). Kegiatan yang diikuti kalangan muda ini bertujuan mengajak para pemuda-pemudi di Banda Aceh agar tidak menjadi golongan putih (golput) pada Pemilu yang berlangsung 17 April 2019.

Ketua Panitia, Maulidawati menyampaikan kegiatan itu digelar untuk meningkatkan kepedulian politik kaum millenial. Acara itu menghadirkan tiga panelis yaitu, Effendi Hasan dari akademisi Unsyiah, Budi Azhari dari Inisiator Kaukus Pemuda Aceh, dan Norma Manalu dari aktivis perempuan.

Effendi Hasan dalam acara itu menyampaikan, banyak permasalahan sosial yang terjadi saat ini dipengaruhi oleh politik bangsa. Karenanya, sambung Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Unsyiah ini, anak muda harus menggunakan hak pilihnya agar orang-orang baik bisa memimpin bangsa ini.

Inisiator Kaukus Pemuda Aceh yang juga Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry, Budi Azhari juga mengajak pemuda di Aceh untuk tidak golput. Menurutnya, nasib bangsa akan ditentukan ketika 30 menit berada dalam bilik Tempat Pemungutan Suara (TPS).

“Hanya 30 menit kita berada di TPS untuk memastikan bahwa anggota dewan yang selama ini dikenal baik bekerja agar tetap bertahan. Kita juga harus membantu caleg dari kalangan orang-orang baik, cerdas, dan amanah yang saat ini berada di luar agar bisa masuk ke dalam gedung dewan,” katanya.

Sementara Norma Manalu menyampaikan bahwa pemilih cerdas bukan cuma orang yang datang ke TPS pada 17 April 2019. Tapi, katanya, pemilih cerdas adalah mereka yang mencari tahu apa saja yang menjadi kebutuhannya mengenai Pemilu. Pemilih cerdas harus bisa memastikan siapa yang harus dipilih.

“Sangat disayangkan jika kita memilih seperti memilih kucing dalam karung yang hanya melihat fisiknya. Karena yang kita pertaruhkan adalah masa depan kita selama lima tahun yang akan datang,” kata Norma Manalu, aktivis perempuan dari Balai Syura Inong Aceh.(mas)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved