Disperindag Gelar Rakor Pengembangan IKM
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh pada Kamis (14/3) malam, menggelar Rapat Koordinasi
BANDA ACEH - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh pada Kamis (14/3) malam, menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Hotel Arabia Peunayong, Banda Aceh. Kegiatan itu diikuti para pejabat Perindag kabupaten/kota se-Aceh.
Kepala Disperindag Aceh, Muhammad Raudhi mengatakan, rakor pengembangan IKM tidak sekadar hanya menyelesaikan kegiatan rutin tahunan Disperindag Aceh, tapi harus bisa memberikan manfaat yang terukur pasti dan jelas bagi pengembangan IKM di kabupaten/kota. “Sebab, membina dan mendampingi IKM merupakan tugas dan fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan,” tegasnya.
Menurut data tahun 2018, sebutnya, jumlah IKM di Aceh mencapai 32.156 unit, dengan perkiraan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 98.778 orang. “Jumlah IKM sebanyak itu, apakah sudah memberikan sumbangan yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh? Faktanya di lapangan belum memberikan konstribusi yang besar terhadap PDRB Aceh,” tandas Raudhi.
Kadis Perindag Aceh itu memaparkan, setiap tahun ada ribuan mahasiswa yang menamatkan studi pendidikan, baik S1, S2, hingga S3. “Kemana mereka harus ditampung, kalau bukan ke sektor usaha nonformal. Karena sektor formal, seperti jadi PNS, karyawan BUMN, dan lainnya, peluangnya sangat terbatas,” tukasnya.
Karena itu, ucapnya, perlu kiat untuk menciptakan lapangan kerja bagi para lulusan sarjana tersebut dengan cara menumbuhkembangkan IKM di daerah masing-masing. Setiap daerah, ujar Raudhi, memiliki produk komoditi unggulan. Misalnya, Aceh Tengah dan Bener Meriah, dengan produk unggulan kopi robusta dan arabika Gayo. Pada kondisi ini, tugas pejabat, pegawai, dan tenaga penyuluh lapangan IKM dari Perindag, adalah mengarahkan dan memfasilitasi agar biji kopi yang selama ini diekspor ke Eropa, Amerika, dan negara lainnya itu, hendaknya sebagian bisa diolah menjadi bubuk kopi kemasan dengan beragam rasa untuk dipasarkan di dalam dan luar negeri.
“Mengekpor bubuk kopi siap saji nilainya lebih tinggi daripada mengekpor biji. Karena satu kilogram biji kopi, kalau digiling menjadi bubuk kopi, nilai jualnya bisa tiga kali lipat dari bijinya. Hal itu sudah kita lakukan terhadap produk kopi Bawadi, yang hari ini telah kita bagikan kepada peserta,” pungkas Muhammad Raudhi.(her)