Pertempuran di Libya Sudah Tewaskan 21 Orang, AS Desak Pasukan Haftar Hentikan Serangan
Selain itu, sekitar 27 orang turut mengalami luka akibat bentrokan antara pasukan di bawah komando Jenderal Khalifa Haftar dengan militer GNA
SERAMBINEWS.COM, TRIPOLI - Pertempuran yang terjadi di dekat ibu kota Libya, Tripoli, antara pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) dengan militer dari Pemerintah Perjanjian Nasional (GNA), dilaporkan telah menewaskan 21 orang.
Selain itu, sekitar 27 orang turut mengalami luka akibat bentrokan antara pasukan di bawah komando Jenderal Khalifa Haftar dengan militer GNA yang diakui dunia internasional.
Di antara korban terdapat seorang dokter dari organisasi Bulan Sabit Merah yang tewas akibat pertempuran pada Sabtu (6/4/2019). Serta 14 orang dari pasukan LNA.
Perdana Menteri Libya Fayez al-Sarraj menyebut Jenderal Haftar dan pasukan LNA sebagai pemberontak yang hendak melancarkan kudeta dan menjanjikan bakal mengerahkan perlawanan militer.
Dilansir BBC, pasukan LNA telah melancarkan serangan udara pertama pada Minggu (7/4/2019), setelah pasukan GNA yang didukung PBB mengerahkan serangan udara sehari sebelumnya.
Pertempuran terus berlanjut di dekat sebuah bandara internasional yang tidak terpakai di selatan ibu kota.
Sempat memukul mundur Haftar di dekat Tripoli, GNA mengendurkan serangan dan memilih melancarkan serangan udara di sekitar 50 kilometer sebelah selatan.
Seorang milisi dari Misrat mengatakan, kelompok mereka telah bergabung bersama GNA dan mengirim kendaraan tempur di Tajura guna menangkal pasukan Haftar.
Baca: Tak Mau Hasilkan Uang Haram, Putra Aji Remaja Peretas Situs NASA Ini Tolak Jadi Black Hat Hacker
Baca: Polisi Tangkap Dua Penyebar Hoaks Server KPU Di-Setting Menangkan Jokowi, 2 Orang Lagi Masih Diburu
Meningkatnya ketegangan di Libya telah mendorong pemerintah AS untuk menarik sebagian pasukannya.
Washington juga mendesak kepada kedua pihak yang bertikai agar menghentikan pertempuran serta meredakan ketegangan karena dikhawatirkan dapat mengancam keselamatan warga sipil.
"Kami sampaikan dengan jelas bahwa kami menentang serangan militer oleh pasukan Khalifa Haftar dan mendesak penghentian segala operasi militer terhadap ibu kota Libya," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam pernyataannya, Minggu (7/4/2019).
"Amerika Serikat akan terus menekan para pemimpin Libya, bersama dengan mitra internasional kami, untuk kembali pada negosiasi politik yang dimediasi oleh Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB Ghassan Selame," tambahnya.
"Solusi politik adalah satu-satunya cara untuk menyatukan negara dan menyediakan rencana keamanan, stabilitas, dan kemakmuran bagi seluruh warga Libya," ujar Pompeo, dikutip AFP.
Ketegangan yang terjadi di Libya terjadi akibat persaingan sengit antara otoritas Pemerintah Perjanjian Nasional (GNA) yang berbasis di Tripoli dan didukung dunia internasional, dengan LNA yang datang dari wilayah timur negara itu.
Pertempuran sengit telah terjadi di selatan Tripoli pada Minggu (7/4/2019), tiga hari setelah pasukan yang setia pada Haftar melancarkan serangan untuk merebut ibu kota.