Aktivis Lingkungan Angkat Isu Bencana Agara dalam Momentum Peringatan Hari Bumi 2019
Sejak 2010 hingga 2019 sudah terjadi beberapa bencana secara berurutan di Aceh Tenggara, sebagian besar bencana banjir bandang.
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Safriadi Syahbuddin
Aktivis Lingkungan Angkat Isu Bencana Agara dalam Momentum Peringatan Hari Bumi 2019
Laporan Muhammad Nasir | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Aceh Tenggara menjadi salah satu kabupaten sangat rentan bencana di Aceh.
Berdasarkan catatan aktivis, sejak 2010 hingga 2019 sudah terjadi beberapa bencana secara berurutan di kawasan itu, sebagian besar bencana banjir bandang.
Aktivis lingkungan memaparkan kerusakan dan potensi bencana di kabupaten tersebut.
Baca: Banjir Agara Renggut 2 Nyawa
Baca: Banjir Agara Rusak 172 Rumah
Baca: 12 Rumah di Agara Rusak Diterjang Banjir Bandang Tadi Malam
Hal dibahas oleh Direktur Eksekutif Walhi Aceh, M Nur dan Koordinator Yayasan Ekosistem Lestari/Akademisi Lingkungan, TM Zulfikar dalam konferensi pers peringatan Hari Bumi 2019, Senin (22/4/2019) di Kantor PWI Aceh, Banda Aceh.
Kedua aktivis itu membahas tentang bencana di Aceh Tenggara serta penegakan hukum dan mitigasi dalam rangka memperingati hari bumi.
TM Zulfikar menyampaikan, bahwa kerusakan alam di Aceh Tenggara saat ini sudah sangat parah.
Menurutnya, saat ini Aceh sudah masuk dalam kategori darurat, dengan 40 titik illegal logging.
Baca: Polres Aceh Timur Amankan 5 Tersangka Pelaku Illegal Logging, 10 Ton Kayu Damar Disita
Baca: Polisi Diminta Berantas Ilegal Logging di Agara
Baca: Tiga Bulan Pertama Tahun Ini Terjadi 146 Kali Bencana di Aceh, Korban Terdampak Capai 17.608 Jiwa
Sehingga tak heran jika dalam beberapa tahun terakhir sangat rentan terjadi bencana.
Selama 2018, Aceh Tenggara dilanda empat kali banjir bandang besar.
"Aparatur penegak hukum harus serius menangani ini, "ujar TM Zulfikar.
Sementara Direktur Eksekutif Walhi Aceh, M Nur mengatakan, daftar bencana di Agara sudah besar dan panjang.
Akibat bencana itu, kerugian bisa mencapai Rp 215 miliar.
Sehingga dampak bencana dapat diminimalisir. Termasuk menghentikan terjadinya bencana tersebut.
"Tapi perlu diketahui, Banjir di Aceh Tenggara tak akan berhenti apabila deferosterasi terus terjadi," ujar M Nur.(*)