Heboh ‘Surat Cinta’ Rektor Unsyiah kepada Asrama Putri UIN Ar-Raniry, Ini Kata Kolektor Manuskrip

Pimpinan UIN harus bersikap menghentikan upaya Unsyiah untuk mengklaim secara hukum tanah-tanah di Kopelma sebagai milik Unsyiah, bukan milik rakyat

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
KOLASE SERAMBINEWS.COM
Kolase foto kolektor naskah kuno Tarmizi A Hamid dan surat rektor Unsyiah. 

Heboh ‘Surat Cinta’ Rektor Unsyiah kepada Asrama Putri UIN Ar-Raniry, Ini Kata Kolektor Manuskrip

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - ‘Surat cinta’ dari Rektor Unsyiah Prof H Samsul Rizal MEng kepada Pengelola Asrama Putri Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, juga mendapat tanggapan dari kolektor naskah kuno Aceh, Tarmizi A Hamid.

That paloe ceuriek buju dum jinoe, tanoh wakaf warga Darussalam (Kota Pelajar) dikeuneuk peugot harta warisan. (Gawat pemikiran generasi sekarang, tanah wakaf warga Darussalam mau dijadikan harta warisan),” ungkap Tarmizi mengomentari berita tentang surat Rektor Unsyiah kepada pengelola Asrama Putri UIN, pada salah satu grup Whatsapp, Jumat (10/5/2019).

Tarmizi A Hamid yang juga mantan pengurus Majelis Adat Aceh (MAA) mengatakan, sepengetahuannya, tanah di Kompleks Pelajar dan Mahasiswa (Kopelma) Darussalam itu milik masyarakat Aceh yang dihibahkan kepada “Jajasan Dana Kesedjahteraan Atjeh” padatahun 1956.

Yayasan ini menghimpun sumbangan dari seluruh elemen masyarakat Aceh, untuk membangun Kopelma Darussalam.

Ada tiga lembaga pendidikan yang kemudian didirikan di lokasi itu, yaitu Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) sebagai lembaga pendidikan umum; Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry sebagai lembaga pendidikan tinggi Agama; dan Dayah Manyang Tgk Chik Pante Kulu sebagai lembaga takhasus dalam berbagai disiplin ilmu Islam.

Baca: Tiap Jelang Berbuka, Ada Kultum oleh Tokoh Top di Masjid Jamik Darussalam

Menurut Tarmizi, para saudagar Aceh pada saat itu menyumbangkan uang, sedangkan rakyat biasa menyumbang apa saja yang bisa disumbangkan, telur, buah kelapa, ayam, dan lain-lain.

Tentara dan polisi yang dipimpin oleh Major Sunarjo dan Usman Effendy bergotong-royong bersama rakyat, membangun jalan, menimbun lubang untuk membangun kampus jantung hati rakyat Aceh.

Pembangunan Kopelma Darussalam ini tidak terlepas dari prakarsa dari tokoh-tokoh pemimpin Aceh seperti A Hasjmy (Gubernur Aceh), Syamaun Gaharu, T Hamzah Bendahara (Kodam Iskandar Muda), Tgk M Ali Balwy (Ketua DPRD Aceh), dan lain-lain.

“Inilah kampus yang dibangun dengan uang rakyat dan harus menjadi kampus rakyat. Kok tiba-tiba ada yang mengklaim bahwa ini milik salah satu universitas?,” kata Tarmizi A Hamid ketika dikonfirmasi melalui pesan whastappnya.

Baca: Kopelma Darussalam, Warisan atau Amanah?

“Dulu gedung Unsyiah bisa dipakek oleh IAIN, begitu juga gedung IAIN juga boleh pakai untuk Unsyiah. Itu hasil musyawarah orang tua dahulu. Kenapa sekarang mau dipecah-pecah seakan-akan itu tanah warisan?,” ungkap Tarmizi A Hamid.

Pria yang akrab disapa Cek Midi ini pun mempertanyakan para civitas akademika UIN Ar-Raniry, terutama guru besarnya yang terkesan diam dalam menyikapi hal ini.

Menurutnya, pimpinan UIN harus bersikap menghentikan upaya Unsyiah untuk mengklaim secara hukum tanah-tanah di Kopelma sebagai milik Unsyiah, bukan lagi milik rakyat Aceh.

Baca: Darussalam Kota Pendidikan

Surat Rektor Unsyiah

Seperti diberitakan, selembar surat berlogo Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang ditujukan kepada Pengelola Asrama Putri Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, menghebohkan insan Kampus Darussalam, sejak dua hari ini.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved