Gelar untuk Sanusi Juned

SABTU pekan lalu, hampir seluruh mahasiswa asal Aceh yang kini sedang menuntut ilmu di berbagai perguruan tinggi di negara jiran Malaysia

Editor: bakri
Gelar untuk Sanusi Juned - 041011foto.17_.jpg
Universitas Utara Malaysia (UUM) menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa (HC) kepada salah seorang tokoh dan sesepuh masyarakat Aceh di Malaysia, Tan Sri Dato’ Seri Sanusi Juned
Gelar untuk Sanusi Juned - 041011foto.18_.jpg
Bustami Abubakar
Oleh Bustami Abubakar, Mahasiswa Doktoral Jurusan Antropologi  Sosiologi School of Social Sciences, USM

SABTU pekan lalu, hampir seluruh mahasiswa asal Aceh yang kini sedang menuntut ilmu di berbagai perguruan tinggi di negara jiran Malaysia, tampak memenuhi ruang VIP Dewan Mu’adzam Shah, Universitas Utara Malaysia (UUM), Negeri Kedah, Malaysia. Ada perhetalatan apa gerangan?

Hari itu, Tan Sri Dato’ Sanusi Juned, seorang tokoh dan sesepuh masyarakat Aceh di Malaysia, dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa (HC) oleh UUM. Gelar kehormatan dalam bidang politik dan pembangunan ini disematkan langsung oleh Raja Kedah yang secara ex officio menjadi Canselor UUM.  

Sanusi Juned adalah putra Aceh kelahiran Kampung Yan, Kedah, Malaysia, pada 10 Juli 1943 silam itu, merupakan tokoh yang amat berjasa dalam bidang politik dan pembangunan di Malaysia. Berangkat dari pertimbangan inilah sehingga UUM memberikan gelar kehormatan tersebut padanya, bertepatan pada upacara wisuda (majlis konvokesyen) ke-24 UUM.

Ayah Sanusi bernama Juned bin Ubaidillah, seorang pekerja pada perusahaan taxi di Kedah. Kakeknya, Tgk Ubaidillah adalah putra Tgk Chik di Tiro. Sanusi menikah dengan Inangda Manyang Keumala, putri dari Tgk Daud Beureu’eh, yang kini sudah dikaruniai 7 anak (3 laki-laki dan 4 perempuan).

Di kalangan masyarakat Aceh di Malaysia, Tan Sri Sanusi Juned sangat populer. Dia menjadi ayah bagi aneuk nanggroe yang sekolah atau merantau ke semenanjung Malaka itu. Sanusi yang pernah menjabat sebagai Ketua Ikatan Masyarakat Aceh Malaysia (IMAM), juga dikenal sebagai punggawa budaya Aceh yang cukup bijak.

Seorang mahasiswa S3 USM, Made Jakfar, menceritakan bahwa jika Tan Sri bertemu dengan orang Aceh, dia enggan bicara selain dengan bahasa Aceh. Kalau ada orang Aceh yang berbicara bukan dengan bahsa nanggroe, dia langsung bertanya, “Gata nyoe ureung Aceh?”. Dengan pertanyaan ini, ia seolah mengingatkan lawan bicaranya untuk bercakap dalam bahasa Aceh.

Begitu pula perhatian Sanusi terhadap mahasiswa Aceh di Pulau Pinang. Beliau menyewa sebuah rumah, yang kini dikenal dengan nama Rumoh Aceh, sebagai sekretariat bagi ASC (Acehnesse Student Club). Selama hampir dua tahun, Sanusi membayar sewa rumah tersebut, sampai akhirnya ASC mampu membiayai sekretariatnya sendiri.

Selain memberikan bantuan material kepada orang atau warga yang membutuhkannya, Sanusi Juned juga memberikan dorongan dan sokongan moral untuk mahasiswa dan masyarakat Aceh yang tinggal di Malaysia, sehingga di antara mereka ada yang memanggilnya dengan sebutan ayah dan atau ayahanda.

Sebagai seorang tokoh yang cerdas dan karir politik yang cukup cemerlang, Sanusi Juned, pernah menduduki sejumlah jabatan penting di jajaran pemerintahan Malaysia. Di antaranya, ia pernah menjabat sebagai Menteri Besar Kedah (1996-1999), sebagai President of International Islamic University Malaysia (2000-2008).

Sanusi juga pernah menjabat sebagai Vice Presiden partai UMNO, Menteri Pembangunan Negara dan Luar Bandar, serta Menteri Pertanian hingga pensiun pada 1995. Gelar Dr (HC) yang dianugerahi UUM di depan nama Tan Sri Dato’ Sanusi Juned, memang pantas disandanya.***

* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved