Opini
Akhlak Seorang Dai
SECARA harfiah kata dakwah berasal dari kata da’a, yad’u, da’watan yang artinya panggilan, seruan atau ajakan
SECARA harfiah kata dakwah berasal dari kata da’a, yad’u, da’watan yang artinya panggilan, seruan atau ajakan. Maksudnya adalah mengajak dan menyeru manusia agar mengakui Allah Swt sebagai Tuhan, lalu menjalani kehidupan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur-Nya sebagaimana tertuang dalam Alquran dan Sunnah. Dengan demikian target dakwah adalah mewujudkan sumber daya manusia yang bertakwa kepada Allah Swt dalam artian seluas-luasnya.
Dakwah memiliki kedudukan yang sangat penting, maka secara hukum adalah kewajiban yang harus diemban oleh setiap muslim. Ada banyak dalil yang menunjukkan kewajibannya, di antaranya: “Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...” (QS. An-Nahl: 125).
Pada ayat yang lain Allah Swt berfirman: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan berimanlah kepada Allah...” (QS. Ali Imran: 110 ). Sedangkan Nabi Muhammad Saw juga bersabda: “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” (HR. Bukhari, Ahmad dan Turmdzi).
Kesuksesan dakwah tidaklah semata-mata ditentukan kemampuan sang dai, tapi ada faktor terpenting lain adalah khuluqiyyah (kepribadian) sang dai itu sendiri.
Pada dasarnya kepribadian seorang dai tercermin dari pesan-pesan dakwah yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika dalam dakwahnya ia berpesan agar menegakkan shalat, maka shalat itu memang sudah dilakukannya, kalau ia menganjurkan berinfaq, maka memang sudah ia laksanakan.
Manakala terjadi kontradiksi antara apa yang ia katakan dengan perilakunya sehari-hari, maka ia akan dihadapkan pada krisis kepercayaan sosial kepadanya dan murka dari Allah Swt. “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan, amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3).
Dakwah yang dilakukan tanpa mengamalkan pesan-pesan dakwahnya akan sulit untuk bisa di terima oleh sang mad’u (objek dakwah) sampai kedalam hatinya. Padahal memasukkan pesan- pesan dakwah tidak hanya sampai ke orang lain tapi harus membuat terjadinya perubahan dan dilaksanakan dengan dorongan hati.
Lima sifat dai
Ada lima sifat yang seharusnya dimiliki oleh seorang dai: Pertama, hubungan yang dekat dengan Allah. Dai adalah pembawa misi dari Allah. Karena itu mutlak bagi seorang dai memiliki hubungan yang dekat dengan Allah. Hubungan yang dekat dengan Allah adalah dalam bentuk tumbuhnya perasaan pada dirinya akan selalu dilihat dan diawasi oleh Allah (maiyatullah). Tumbuhnya perasaan ini membuat seorang dai terhindar dari berbagai macam penyimpangan;
Kedua, ikhlas dalam berdakwah. Dakwah Islam tentu saja menuntut adanya keikhlasan dalam pelaksanaannya. Ini berarti seorang da’i harus berdakwah semata-mata karena Allah. Dengan keikhlasan seorang dai akan melaksanakan tugas menyampaikan dakwah dengan ringan walupun bebannya berat;
Ketiga, sabar dalam berbagai keadaan. Dakwah merupakan tugas yang secara duniawi bisa terasa enak atau sebaliknya. Dakwah akan terasa enak jika banyak orang yang mendengar, mengikuti apalagi menggemarinya. Namun adakalanya dakwah mendapatkan hal-hal yang tidak menyenangkan seperti caci maki, fitnah, permusuhan dan bahkan penghilangan nyawa, kehormatan dan harta benda.
Allah mengingatkan kita dengan firmanNya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan bersiap-siagalah dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200);
Keempat, menggunakan pembicaraan yang baik. Salah satu bentuk penyampaian adalah dengan pembicaraan. Karena itu seorang dai harus berbicara dengan kata-kata yang baik, baik menyangkut isi pembicaraan, pilihan kata yang tetap maupun gaya bicara yang sesuai dengan dakwahnya, dan;
Kelima, memiliki kesungguhan dalam berdakwah. Dakwah adalah tugas yang berat. Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang berguguran di jalan dakwah. Manakala seorang dai memiliki sifat jiddiyyah (kesungguhan) maka ia akan memiliki kesanggupan dan daya tahan yang kuat.
* H. Roni Haldi, Lc, Ketua PD Ikadi Aceh Barat Daya/Staf Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Setia, Kankemenag Abdya. Email: ronihaldi@yahoo.com