Inspirasi
Ini Dia, Kaligrafer Masjid Nabi
Teknologi canggih komputer sekalipun tidak bisa menandingi kecantikan kaligrafi yang ditulis langsung dengan tangan, sulit menirunya. (Safik)
Pernah memenangi berbagai hadiah dalam Kompetisi Kaligrafi tingkat Internasional di Istanbul, Turki dan merengkuh banyak piala dari berbagai kompetisi yang dia ikuti baik didunia
Ratusan orang Arab dan orang Turki bahkan mendapuk Safik sebagai 'guru besar' dalam utusan kaligrafi.
Sungguh menakjubkan bahwa Safik belajar kaligrafi secara otodidak dan menyebut dirinya sebagai sosok yang banyak terinspirasi dari kaligrafer legenda abad ke-20, Ustadh Hamid Al-Amidi.
Menurut Safik, dunia kaligrafi tidak akan pernah pudar. Dia juga mengatakan telah menemukan kedamaian saat menulis kaligrafi di Masjid Nabawi dan tidak dapat menemukan kedamaian itu ditempat lain. Ia berbagi pengalamannya dan prestasi dalam sebuah wawancara dengan Khalid Khurshid dari Arab News (AN), dan Serambinews.com perlu menurunkan wawancara ini sebagai pelecut kaligrafer Aceh yang mungkin mau mengikuti jejak Safik.
AN: Apakah Anda berpikir bahwa kaligrafi adalah pekerjaan utama Anda? Bagaimana Anda bisa tertarik pada dunia kaligrafi?
SZ: Sejak kecil saya sudah berminat kaligrafi dan gambar. Saya pikir ketika aku berusia enam tahun tidak ada kertas maka dinding dirumah lalu saya jadikan wahana untuk menulis kaligrafi dan membuat gambar. Apa pun yang saya bisa pegang semacam kapur, pensil dan cat, lalu saya pakai untuk menulis kaligrafi. Terkadang aku ditegur oleh orang tua saya karena menulis didinding tapi itu tidak menyurutkan antusiasme saya untuk menggambar dan menulis kaligrafi.
Pada awalnya, orang tua saya begitu keras kepada saya. Tapi ketika waktu terus berlalu, seorang tua di keluarga saya melihat pekerjaan saya dan tercengang. Dia mengatakan kepada orangtua saya bahwa saya melakukan pekerjaan yang indah.
Tidak ada waktu main-main atau istirahat bahkan saya makan siang di sekolah. Ketika semua teman sekelas saya pergi ke luar untuk bermain, tapi aku tidak, aku terus melukis. Terkadang aku ditunjuk guru kedepan untuk menulis apa saja karena tulisan ku cantik dan kadang-kadang disuruh menggambar di papan ruang kelas. Mereka (guru dan murid) juga tercengang dengan skill saya itu dan mereka berharap saya bisa terkenal dari sekolah itu.
Saya pernah memenangkan sebuah kompetisi kaligrafi tangan di Karachi. Ketika saya di kelas lima, saya melukis semua papan merek di sekolah. Guru seni saya memprediksi saya suatu hari saya akan menjadi besar.
AN: Kami mendengar bahwa Anda dipekerjakan di Arab Saudi sementara Anda bekerja di kaki lima?
SZ: Ketika saya sedang membuat papan merek menggunakan teks dari Al Qur'an untuk sebuah perusahaan di jalan Karachi, seorang syekh Saudi lewat. Ketika ia melihat pekerjaan saya, ia langsung berhenti dan meminta saya untuk bekerja bagi perusahaannya. Pada saat itu, paspor saya belum dikeluarkan, tapi syekh memastikan saya punya satu paspor yang diurus dengan cepat lalu membawa saya ke Arab Saudi. Saya bekerja untuk waktu yang lama di Riyadh dan menulis kaligrafi. Saya merancang dan membuat ratusan reklame, saya juga disuruh melakukan lukisan kaligrafi diwahana apapun baik ukuran kecil dan besar.
AN: Siapakah guru Kaligrafi Anda?
SZ: Saya belajar kaligrafi sendiri. Allah yang Maha Kuasa memberkati saya dengan keterampilan kaligrafi. Pada awalnya, saya melakukan ini untuk bersenang-senang tetapi kemudian saya pelajari dari buku.
Kerja keras saya dan studi kaligrafi tak kenal lelah adalah kunci untuk semua kesuksesan saya dalam hidup. Selama saya tinggal di Madinah, saya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan ahli kaligrafi terbaik di dunia dan juga melihat pekerjaan mulia mereka. Saya pikir saya paling terkesan oleh karya indah dari kaligrafer terbaik abad ke-20, Ustadh Hamid Al-Amidi Turki. Anda bisa memanggil saya mahasiswa spiritualnya. Saya selalu berusaha untuk mempertahankan standar dan metode dalam pekerjaan saya. Jika kita membandingkan pekerjaan saya dengannya, tidak ada yang akan bisa membedakannya, nyaris sama.
AN: Bagaimana janji Anda sebagai kaligrafer Mesjid Nabi (Nabawi)?
SZ: Saya sering mengunjungi Masjid Al-Nabawi berkali-kali. Saya sangat terkesan dengan kaligrafi dilakukan pada kubah-kubah Masjid Nabawi selama era Turki dan digunakan untuk menguji selama berjam-jam. Selama di Riyadh, saya mendapat tawaran dari Madinah untuk bekerja untuk sebuah perusahaan papan nama, dan saya langsung diterima.