Banjir Aceh
Pelayaran dari Simeulue Distop
Badai dan gelombang laut setinggi lima meter menjadi ancaman bagi keselamatan feri yang menghubungkan Pulau Simeulue dengan daratan
SINABANG - Badai dan gelombang laut setinggi lima meter menjadi ancaman bagi keselamatan feri yang menghubungkan Pulau Simeulue dengan daratan Aceh. Untuk itu, menunggu cuaca kembali normal, dua feri yang selama ini melayari rute Sinabang-Labuhan Haji (Aceh Selatan) dan Sinabang-Singkil, dihentikan sementara operasionalnya.
“Kedua feri itu tidak beroperasi sementara semata-mata karena faktor cuaca yang tidak mendukung,” ujar Kepala Perwakilan Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Simeulue, Hamdan, saat dikonfirmasi Serambi, Minggu (12/5) siang.
Namun, sekitar pukul 23.25 WIB tadi malam, Kepala Perwakilan ASDP Simeulue, Hamdan kembali menelepon Serambi mengabarkan kondisi cuaca yang mulai membaik sehingga dipastikan feri bisa berlayar dari Sinabang ke Labuhan Haji pada pukul 10.00 WIB, Senin (13/5) dan kembali ke Sinabang pada pukul 22.00 WIB sebagaimana jadwal biasa.
“Perubahan kebijakan ini kami sampaikan karena berdasarkan pemantauan cuaca di sistus BMKG, kondisi cuaca sudah memungkinkan feri untuk berlayar,” kata Hamdan.
Sebelumnya, Hamdan mengatakan, nakhoda kapal terus memantau cuaca melalui situs BMKG. Dari hasil pantauan terdeteksi bahwa tinggi gelombang di perairan Simeulue berkisar antara empat hingga lima meter. “Jadi, tidak memungkinkan untuk berlayar,” kata Hamdan melalui telepon seluler.
Saat ini, satu dari dua kapal feri itu, yakni KMP Teluk Sinabang, berlabuh di Simeulue, sedangkan satu lagi, KMP Teluk Singkil, bersandar di Pelabuhan Singkil. “Belum dapat dipastikan kapan kedua feri itu beroperasi kembali. Kita masih tunggu cuaca bagus,” ujarnya.
Seperti diketahui, hujan disertai angin kencang sejak empat hari terakhir melanda hampir seluruh kawasan di Aceh. Khusus di Simeulue, ribuan warga terpaksa mengungsi akibat rumah mereka digenangi air.
Berdasarkan informasi yang diterima Serambi dari Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Simeulue, Drs Alwi Alhas, angin kencang juga telah merenggut nyawa seorang bocah bernama Andri (5). Warga Desa Miteum, Kecamatan Simeulue Barat itu tewas tertimpa pohon kelapa yang tumbang menimpa rumah orang tuanya.
Sementara itu, dua nelayan asal Kecamatan Teupah Selatan, Kabupaten Simeulue ditemukan terombang-ambing dengan boat kecil bermesin jenis dompeng di perairan Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Sabtu (11/5) sore. Mereka kemudian dipulangkan dengan kapal feri dari Pelabuhan Labuhan Haji, Aceh Selatan, Minggu (12/5) sore.
Sekda Abdya, Drs Ramli Bahar menyebutkan dua nelayan asal Teupah Selatan, Simeulue itu masing-masing bernama Hasidin (45) dan Jarsidin (25). Mereka ditemukan nelayan Susoh yang sedang mencari sepuluh nelayan Abdya yang hilang Sabtu (11/5) sore.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Abdya, Jusbar, menambahkan, kedua nelayan itu langsung diselamatkan ke Posko Penanggulangan Bencana Abdya yang didirikan di dalam kompleks Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Abdya, tepatnya di Pantai Ujong Serangga, Susoh.
Kedua nelayan itu kemudian diperiksa kesehatannya oleh paramedis, diberi makan, lalu diinapkan di Kantor DKP Abdya, tak jauh dari Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Serangga, Susoh.
Menurut Jusbar, kedua nelayan yang naik boat kecil itu diterjang badai saat memasang jaring ikan di perairan Simeulue, Kamis (9/5) malam. Boat kecil itu dikabarkan patah kemudinya sehingga terombang-ambing ke perairan Susoh, Abdya, pada Sabtu (11/5) sore.
Sementara itu, jumlah nelayan Abdya yang sebelumnya dilaporkan hilang sepuluh orang, kemarin bertambah menjadi 12 orang, setelah Minggu (12/5) sore masuk lagi laporan dua korban hilang.
Sedangkan upaya pencarian para korban yang melibatkan tujuh tim hingga pukul 18.00 WIB Minggu malam belum membuahkan hasil. Lima tim pencari di darat sudah kembali ke Posko di PPI Ujong Serangga, Susoh, sedangkan dua tim pencari di laut (Tim Satpol Air) dan tim nelayan) yang menggunakan boat harus menginap di Pelabuhan Kuala Bubon Meulaboh, Aceh Barat.