Opini
Jembatan Lamnyong
KEGELISAHAN saya terhadap nasib Jembatan Lamnyong terjawab dengan berita “Jembatan Lamnyong Terancam
Oleh Khairul Syahmega
KEGELISAHAN saya terhadap nasib Jembatan Lamnyong terjawab dengan berita “Jembatan Lamnyong Terancam Patah (Pimpinan DPRA Minta Pembangunan Jembatan Baru Dipercepat)”, yang diturunkan Serambi (1/7/2014). Permintaan Ketua DPRA, Bapak Hasbi Abdullah, itu disampaikan setelah beliau mengadakan kunjungan lapangan menyaksikan tingkat kemacetan lalu lintas di sana. Kemacetan terjadi pada dua waktu puncak yaitu pagi sekitar pukul 07.00-08.30 WIB dan sore antara pukul 17.30-18.30 WIB.
Argumentasi yang diberikan adalah adanya akumulasi beban selama terjadi kemacetan, terutama sekali sejak pemasangan lampu pengatur lalu lintas (traffic light) di bundaran turunan jembatan arah Kota Darussalam. Lebar jembatan yang hanya 7 meter dianggap tidak cukup untuk menampung beban kendaraan yang melaju di atasnya, sehingga usulan yang diajukan adalah disegerakannya proyek pelebaran jembatan atau pembangunan jembatan baru.
Dalam ilmu konstruksi, jembatan adalah struktur bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi permukaannya. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi: aspek lalu lintas, aspek teknis dan aspek estetika (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
Terdapat banyak tipe dan jenis jembatan. Misalnya berdasarkan fungsinya jembatan dibedakan atas jembatan jalan raya (highway bridge), jembatan kereta api (railway bridge), dan jembatan penyeberangan (pedestrian bridge). Berdasarkan lokasinya, jembatan dibedakan menjadi jembatan di atas sungai/danau, jembatan di atas lembah, jembatan di atas jalan yang ada (fly Over), jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert), dan jembatan di dermaga (jetty).
Bahan konstruksi jembatan dapat berupa kayu (log bridge), beton (concrete bridge), beton prategang (prestressed concrete bridge), baja (steel bridge), dan bahan komposit (compossite bridge). Adapun berdasarkan type strukturnya jembatan dapat dibangun dengan model jembatan pelat (slab bridge), jembatan pelat berongga (voided slab bridge), jembatan gelagar (girder bridge), jembatan rangka (truss bridge), jembatan pelengkung (arch bridge), jembatan gantung (suspension bridge), jembatan kabel (cable stayed bridge), dan jembatan kantilever (cantilever bridge).
Umumnya Jembatan dibangun dengan dua jenis struktur yaitu struktur atas (upper structure) dan struktur bawah (sub structure). Struktur atas terdiri dari trotoar, slab lantai kendaraan, gelagar (girder), balok diafragma, ikatan pengaku (ikatan angin dan ikatan melintang), dan tumpuan (bearing). Sedangkan struktur bawah terdiri dari pangkal jembatan (abuitment), pilar (pier), dan pondasi (foundation). Jembatan Lamnyong yang berdiri gagah perkasa adalah jenis jembatan di atas aliran sungai yang dibuat dari struktur beton prategang (prestressed concrete bridge).
Beban jembatan
Ada dua jenis beban yang ditanggung oleh jembatan yaitu beban primer dan beban sekunder. Beban primer yaitu beban mati, maksudnya beban yang diakibatkan oleh berat jembatan itu sendiri, beban hidup seperti beban kendaraan yang melintasinya, dan beban kejut yang dipengaruhi oleh getaran dinamis. Beban sekunder terdiri dari beban yang diakibatkan oleh tekanan angin arah horisontal, beban yang diakibatkan oleh gaya rem dan traksi arah memanjang jembatan dari kedua arah, beban gempa bumi, dan beban karena pemuaian atau penyusutan material ketika terjadi suhu ekstrem.
Jembatan memang didesain dengan asumsi adanya beban primer dan sekunder. Namun tidak dibenarkan adanya tambahan beban permanen di atas jembatan yang melebihi kapasitas atau kemampuan daya dukung jembatan karena dapat merusak struktur konstruksinya. Apa contoh penambahan beban permanen tersebut? Beban yang diakibatkan oleh berhentinya kendaraan di atas jembatan.
Gejala kemacetan di atas lintasan Jembatan Lamnyong sangat dikhawatirkan akan mengganggu konstruksi jembatan karena puluhan kendaraan terhenti di atas jembatan. Selain karena kepadatan lalu lintas, penumpukan kendaraan ini disebabkan pula oleh keberadaan lampu pengatur lalu lintas (traffic light), sehingga saat lampu merah menyala maka kendaraan dari arah Lamnyong menuju Darussalam menumpuk sampai ke atas jembatan. Secara struktural, hal ini membahayakan stabilitas jembatan itu sendiri.
Kondisi tersebut tidak sehat untuk sebuah jembatan. Di Banda Aceh, hal tersebut tidak hanya Jembatan Lamyong, masalah yang sama juga terjadi di Jembatan Lamprit (depan Masjid Oman), Jembatan Simpang Kodim, dan Jembatan Simpang Keutapang. Apabila jembatan hanya berjarak 5-10 meter, rambu-rambu yang melarang kendaraan roda 4 berhenti di atas jembatan dapat mencegah penumpukan beban kendaraan di atas jembatan, namun rambu-rambu ini masih sering dilanggar oleh para pengguna lalu lintas.
Jembatan Lamyong adalah jembatan yang kokoh sepanjang 300 meter dengan lebar 7 meter. Untuk menghindari kerusakan struktur yang permanen akibat kelebihan beban lalu lintas yang menumpuk di atas badan jembatan, maka perlu dilakukan kajian teknis terhadap kemampuan layan jembatan tersebut.
Perlu diwaspadai
Menurut pengamatan saya, penumpukan kendaraan yang terjadi di atas jembatan belum menyebabkan terjadinya lendutan (deflection) pada gelagar utama maupun sekunder, apalagi sampai menyebabkan kerusakan yang serius terhadap struktur jembatan. Hanya saja hal ini perlu diwaspadai dan dicarikan jalan keluarnya, agar kendaraan tidak lagi menumpuk pada badan jembatan di saat jam sibuk (rush hour).
Perlu analisis khusus atau Detail Engineering Desain (DED) untuk memastikan kondisi Jembatan Lamnyong. Pada Jembatan Lamnyong telah terjadi penurunan pada bagian opritnya. Hal ini dapat disebabkan oleh terjadinya penurunan tanah pada bagian pelat injak akibat terjadi kerusakan pada dinding penahan (breast wall) ataupun kerusakan pada dinding sayap (wing wall). Indikasi penurunan oprit ini dapat kita rasakan dari permukaan jembatan yang menjadi lebih tinggi dari pada permukaan jalan. Oprit jembatan menyebabkan terdorongnya pondasi dan gelagar, atau terangkatnya bangunan di sekitarnya oleh gaya ungkitan (heaving).
Untuk mengatasi hal tersebut, perbaikan dapat dilakukan dengan rekonstruksi dan pemadatan kembali bagian oprit jembatan di kedua sisi, dan diperkuat dengan pelat beton bertulang sebagai pelat injaknya. Teknologi penggunaan material ringan atau expanded polystyrene (EPS) juga telah diaplikasikan untuk Jembatan Kedaton di Cirebon, Jawa Barat.