Opini

Negeri Bawah Angin

DALAM lintasan sejarah, istilah negeri bawah angin dapat ditemukan pada naskah Hikayat Raja-raja Pasai yang merujuk kepada wilayah

Editor: bakri

Oleh Andi Irfan Syam

DALAM lintasan sejarah, istilah negeri bawah angin dapat ditemukan pada naskah Hikayat Raja-raja Pasai yang merujuk kepada wilayah Sumatera sampai Maluku (Nusantara) dan daratan Asia Tenggara. Dokumen lain yang juga menyebutkan istilah negeri bawah angin yaitu surat dari Raja Ternate Sultan Said pada 1599 dan Sulalatus Salatin (Sejarah Melayu) yang ditulis oleh Tun Sri Lanang. Banda Aceh yang merupakan satu kota tertua di Indonesia merupakan gerbang dari negeri bawah angin sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa catatan sejarah tersebut.

Hal penting yang terkait dengan eksistensi Kota Banda Aceh pada masa lalu sebagai ibu kota kerajaan Aceh Darussalam adalah perdagangan kuno yang melibatkan interaksi-interaksi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Perdagangan pada masa itu melalui jalur laut berupa kapal layar yang digerakkan oleh angin. Angin barat daya akan melajukan kapal-kapal pedagang asing ke Nusantara, pedagang asing tersebut harus istirahat sampai berbulan-bulan jika ingin kembali pulang harus menunggu hembusan angin timur laut. Angin merupakan faktor utama yang menjadi mesin penggerak kapal-kapal perdagangan pada masa itu. Adanya pengetahuan, teknologi dan kearifan yang memanfaatkan angin sehingga mampu merubah sejarah dan peradaban maritim dunia.

 Cukup mengkhawatirkan
Kota Banda Aceh yang merupakan gerbang dari negeri bawah angin dalam kurun waktu sebulan ini mengalami terpaan angin kencang. Fenomana alam ini terjadi hampir setiap hari di setiap sudut kota, angin kencang ini disebabakan oleh perbedaan tekanan cuaca yang berhembus selama beberapa jam. Beberapa pemukiman warga mengalami terpaan angin kencang yang mampu menerbangkan atap-atap rumah warga. Meskipun angin kencang ini belum termasuk badai, namun cukup mengkhawatirkan bagi keselamatan jiwa warga di Kota Banda Aceh.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh tenaga angin yang kuat dapat merusak struktur bangunan dan fasilitas lain seperti papan reklame, tiang-tiang listrik, lampu jalan, lampu lalu lintas, dan sebagainya. Selain itu dampak dari angin kencang tersebut berakibat langsung terhadap perekonomian masyarakat setempat seperti banyak nelayan di pesisir pantai Kota Banda Aceh mengurungkan niatnya untuk melaut dan lalu lintas penyebarangan laut dari pelabuhan Ulhelheu menuju ke Sabang juga mengalami gangguan dengan adanya angin kencang tersebut.

Satu faktor pemicu angin kencang tersebut dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi. Adanya jalur perlintasan angin yang berhembus melalui lautan menerpa daratan dan terjebak oleh benteng-benteng alam berupa bukit dan pegunungan di sekitar wilayah Kota Banda Aceh. Meskipun angin kencang tersebut terjadi pada level 1 atau kurang dengan kecepatan angin 120-153 km/jam dengan tingkat kerusakan sedikit namun sangat perlu di waspadai.

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No.21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Upaya ini dapat dilakukan untuk berdamai dengan angin kencang, perencanaan yang matang terhadap pembangunan infrastruktur di Kota Banda Aceh, seperti struktur bangunan yang mampu bertahan terhadap angin kencang, regulasi dan kebijakan pembangunan yang memperhitungkan lokasi pada daerah yang terlindungi dari serangan angin kencang.

Seperti kita ketahui bersama, fasilitas penting seperti Stadion Harapan Bangsa yang berada di lokasi yang rawan angin kencang, stadion tersebut mengalami kerusakan di bagian atap akibat terpaan angin kencang. Alangkah ganjilnya, bangunan yang berdiri megah namun terkesan rapuh di bagian atapnya, hal ini menjadi pelajaran untuk ke depan agar pemerintah mempertimbangkan dengan bijak lokasi strategis pembangunan fasilitas umum.

Dari sisi kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi angin kencang, diperlukan pengetahuan dan kearifan dalam mengetahui bagaimana cara menyelamatkan diri, fasilitas nonstruktur di lingkungan warga agar dibangun secara massif sehingga tidak mampu diterbangkan angin, menghindari tempat-tempat umum yang fasilitasnya sangat rentan terhadap bahaya angin kencang.

 Melihat gejala alam
Media juga sangat berperan penting untuk memberikan informasi secara terus-menerus kepada masyarakat terkait perubahan cuaca terkini. Untuk di wilayah pesisir Kota Banda Aceh, khususnya nelayan yang mengandalkan hidupnya dengan melaut memiliki pengetahuan dan kearifan lokal dengan melihat gejala alam, seperti keadaan langit yang gelap di siang hari, awan yang menggumpal besar, gelap dan rendah merupakan pertanda akan datangnya angin kencang disertai hujan.

Pengetahuan dan kearifan lokal seperti itu bisa menjadi referensi buat masyarakat luas dalam menghadapi datangnya angin kencang. Peran institusi pemerintah dan non-pemerintah terkait dengan bencana alam harus lebih respon melihat gejala-gejala alam seperti angin kencang yang dapat menimbulkan bencana, diperlukan sosialisasi kepada masyarakat luas terhadap upaya mitigasi dan pengurangan resiko bencana yang diakibatkan oleh angin kencang.

Kota Banda Aceh yang merupakan laboratorium alam kebencanaan harus lebih berbenah diri dalam menghadapi segala ancaman bencana alam, hiruk pikuknya kehidupan masyarakat yang majemuk dan terbuka serta roda perekonomian yang bergerak dinamis menjadi aset yang sangat penting untuk menghidupkan kembali kejayaan Kota Banda Aceh sebagai Gerbang Negeri bawah Angin yang damai dan sejahtera.

* Andi Irfan Syam, S.S., Mahasiswa Program Magister Ilmu Kebencanaan pada Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Darussalam. Saat ini bekerja sebagai amatir arkeolog pada Balai Pelestarian Cagar Budaya Banda Aceh. Email: irfan.sjam@gmail.com

Kunjungi juga :
www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com |
www.serambifm.com | www.prohaba.co |

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Medium

    Large

    Larger

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved