Citizen Reporter
Tarim yang Bikin Takjub
TARIM adalah sebuah kota mungil di Provinsi Hadhramaut, Republik Yaman, tepatnya sekitar 1.150 km
OLEH M ABRAR IBNU HAJAR, alumnus Ulumuddin Cunda, Lhokseumawe, dan Mahasiswa Universitas Al-Ahgaff Tarim Hadramaut, melaporkan dari Yaman
TARIM adalah sebuah kota mungil di Provinsi Hadhramaut, Republik Yaman, tepatnya sekitar 1.150 km dari Sana’a, ibu kota Yaman. Sedangkan Yaman adalah negara terdekat dengan Kota Mekkah dari jalur darat. Kota Tarim telah menjadi buah bibir para penuntut ilmu agama dari berbagai penjuru, khususnya dari Nusantara.
Kota ini juga menjadi idaman bagi mereka yang ingin memperdalam ilmu fikih, tasawuf, tauhid, nahwu, luhgah, termasuk tarekat, persulukan, dan lain-lain. Begitu banyak cerita menarik tentang kota ini yang dulu saya hanya bisa dengar dari ustaz-ustaz yang pernah belajar di sini, hingga akhirnya pada tahun 2014 saya ikut seleksi beasiswa ke Yaman dan alhamdulillah, Allah mengizinkan saya untuk studi di Al-Ahgaff University of Hadhramaot.
Tempat kuliah kami untuk semester I-II di Kota Mukalla, sekitar 300 km dari Kota Tarim, sedangkan saat semester III-X kuliahnya di Tarim. Namun, saya tidak sabar menunggu sampai semester III hingga akhirnya pada pekan ini saya lampiaskan rasa penasaran saya terhadap Kota Tarim tersebut. Saya puaskan diri dengan mengunjungi kota ini. Ternyata, apa yang saya saksikan dan saya rasakan selama di sana jauh lebih menakjubkan dari apa yang saya pernah dengar.
Begitu banyak hal menakjubkan yang saya dapati di kota ini yang belum pernah saya dapati di kota-kota lain. Di antaranya keramahan, sopan santun, dan kelembutan hati para penduduknya.
Dalam hal ini Rasulullah saw pun sudah menggambarkan di dalam sabda yang artinya: Telah tiba kepada kalian penduduk Yaman. Mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya. Keimanan itu ada pada penduduk Yaman dan hikmah juga ada pada penduduk Yaman (HR Bukhari).
Hadis di atas bersifat umum, tapi kami yang pelajar asing merasakan benar apa yang disifatkan oleh Rasulullah saw tersebut tentang penduduk kota ini. Senyuman dan sapaan tak pernah luput ketika mereka bersua orang lain dan ini memang sudah menjadi tabiat penduduk Tarim. Ini mereka lakoni turun-temurun.
Di dalam hadis ini juga disinggung tentang keimanan yang saya sendiri juga menyaksikan keimanan yang kuat pada penduduk Tarim. Hal ini juga terbukti dari banyaknya tempat ibadah (masjid-masjid atau mushala) yang saya temui di kota ini. Hanya berjarak beberapa langkah dari satu masjid ke masjid lain.
Di kota yang padat penduduk ini, terdapat 360 masjid. Oleh karena itu, jika azan berkumandang, maka para penduduk berbondong-bondong pergi ke masjid dan meninggalkan segala pekerjaan mereka, sehingga jalanan pun terasa sepi pada waktu shalat. Para pengunjung atau pelajar asing pun merasa malu jika tak ikut serta ke masjid.
Hal lain yang menakjubkan saya adalah ketika menjumpai banyaknya ulama dan aulia di kota ini. Mayoritas mereka adalah habaib, keturunan Saidina Hasan dan Husein, cucunya Nabi Muhammad saw. Karena itu pula kota ini masyhur dengan julukan “Kota Sejuta Wali”, soalnya memang begitu banyak ambiya, sahabat Rasulullah saw dan para ulama ataupun aulia yang dimakamkan di kota ini.
Terbukti ada empat makam nabi di sekitar kota ini, Yaitu Nabi Hud as, Nabi Shaleh as, Nabi Hadun as, dan Nabi Handhalah. Sementara ada sekitar 70 sahabat tentara Perang Badar yang diutus Amirul Mukminin Abu Bakar Assiddiq untuk membasmi pemurtadan di Kota Tarim, mereka pun syahid dan dimakamkan di kota ini. Dimakamkan di Zambal, di jantung Kota Tarim.
Di makam Zambal ini juga terdapat ribuan makam aulia dan ulama. Konon dari Hadhramaut inilah Islam menyebar ke penjuru Nusantara, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan lain-lain.
Hal menakjubkan berikutnya adalah kesejukan atau kedamaian hati yang dirasakan oleh siapa saja yang tinggal di kota ini. Banyak saya dapati mahasiswa dan para santri yang menimba ilmu di kota ini. Mereka merasakan ketenangan dan ketenteraman di sini. Tidak ada di antara mereka yang tidak betah di sini. Padahal, kalau ditinjau dari segi material kota ini sangatlah sederhana. Tarim bukan seperti Dubai, Kairo, ataupun Riyadh yang dipadati dengan gedung-gedung mewah pencakar langit. Kota ini justru sangat jauh dari kesan dan pengaruh modern. Bangunan kota yang hanya terbuat dari tanah liat yang kuno. Bahkan masih ada beberapa rumah yang berumur sekitar 400 tahunan. Penduduknya juga tidak kenal dengan tempat-tempat wisata, kecuali masjid, madrasah, dan tempat ziarah.
Rasa yang sangat nyaman, tenteram, ceria, baru saya rasakan di kota ini. Suasana tasawuf dan tawaduk yang menghiasi kota ini serasa seperti berada di zaman Rasulullah saw. Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad pernah berkata, “Seandainya engkau mengeluarkan seluruh hartamu untuk mengunjungi Kota Tarim, maka apa yang engkau dapatkan akan lebih banyak dari apa yang engkau keluarkan.” Inilah di antara hal-hal yang menakjubkan yang saya rasa dan saksikan di Tarim. Dengan suasana dan nuansa islami kota ini, maka tidak salah jika tahun 2010 lalu kota ini dinobatkan sebagai “Pusat Peradaban Islam Sedunia” oleh The Islamic Educational Scietific and Cultural Organization (Isesco).
* Jika Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas bersama foto Anda ke redaksi@serambinews.com
Kunjungi juga :
www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com |
www.serambifm.com | www.prohaba.co |