Istri Minta Din Minimi Pulang

Linawati (35), istri Nurdin bin Ismail Amat alias Din Minimi sangat berharap suaminya itu segera pulang

Editor: bakri
LINAWATI (35) istri Nurdin bin Ismail Amat alias Din Minimi bersama ketiga anaknya. Dari kiri ke kanan: Rizki Maulana (13), Asmiranda (3), dan Mahdalena (9) di rumahnya di Desa Ladang Baro, Kecamatan Julok, Aceh Timur, Kamis (27/5). 

Namun, ia menegaskan akan tetap melanjutkan perjuangan sampai cita-citanya terwujud. “Sebelum ada keadilan itu, biar saya dikejar-kejar, biarkan saya tutup mata di sini,” ucapnya.

Di sela-sela wawancara, suara Din Mini seperti tercekat. Lalu dia ungkapkan pahit getir hidup keluarganya di masa silam. Ia mengaku ayahnya, Ismail Amat, hilang pada masa konflik. Nasib yang sama juga terjadi pada adiknya, Hamdani alias si Tong. Hingga sekarang kubur keduanya tak pernah diketahui.

“Abeh ureung chiek lon, lage abeh eh bak jalan. Hana meupat kubu. Sedih that lon. (Orang tua saya meninggal seperti es mencair di tengah jalan. Tak tahu di mana kuburnya),” ujar Din Minimi terharu. Menurutnya, perlakukan Pemerintah Aceh yang bersikap tidak adil pascadamai makin menggumpalkan kekecewaannya. Akhirnya Din Minimi memilih kembali memanggul senjata.

Saat Serambi bertanya tentang keinginan istrinya agar turun gunung, Din Minimi kukuh dengan pendiriannya, tetap berjuang mencari keadilan. Ia mengatakan anak dan istri adalah jiwa baginya. “Tapi kalau saya wujudkan keinginan untuk bertemu istri dan anak saya sekarang, lalu bagaimana dengan anak-anak yatim yang ada bersama saya di sini sekarang?” ujarnya lirih.

Din Minimi mengaku memendam harapan suatu kelak ia dapat bertemu dengan anak dan istrinya, setelah perjuangannya selesai. “Selama ini tak pernah ada kesempatan lagi bermanja-manja dengan anak-anak saya. Siang dan malam terkadang saya juga menangis di sini teringat mereka,” ujarnya.

Ketua LSM Aceh Human Foundation (AHF), Abdul Hadi Abidin, kepada Serambi mengatakan telah mengenal lama Din Mini. Baik saat menjadi kombatan GAM sampai Din menjadi operator buldozer dalam proyek pembangunan yang dikelola Abdul Hadi di bawah naungan LSM AHF.

“Kami berkenalan sejak sama-sama menjadi tentara GAM. Sedangkan saya ada di wilayah Pante Bidari,” ujar Abdul Hadi yang juga Ketua Asosiasi Kontraktor Aceh Timur.

Pada 2011, Din Minimi tak lagi bekerja sebaga operator buldozer. Sejak itu Din mulai memperlihatkan ketidaksukaannya kepada kepemimpinan “Zikir” yang dinilainya tak tepat janji.

Menurutnya, Din Mimini adalah sosok yang khas. Ia memegang teguh prinsip ideologi dan sosok seorang ayah yang baik dalam keluarga. Abdul Hadi juga mengapresiasi sikap Danrem Lilawangsa yang sudah menghubungi Din Minimi dan meminta segera meletakkan senjatanya.

“TNI/Polri sudah melakukan langkah persuasif, kami berharap Din Minimi mau kembali ke masyarakat dan keluarganya. Saya siap memfasilitasi Din Minimi turun gunung,” kata pria yang kerap disapa Adi Maros itu.

Adi menambahkan, sampai saat ini ia masih memiliki hubungan baik dengan Din Minimi lewat jalinan komunikasi telepon. “Saya ingin Bang Din selamat dan berkumpul kembali dengan keluarganya. Hanya itu cita-cita saya,” ucap Adi Maros. (tim)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved