Bentrok di Aceh Singkil
Singkil Kota Ulama yang Terlupakan
Kota Singkil sebagai salah satu kota masuknya Islam di wilayah Barat Aceh mulai ditinggalkan, masyarakat migrasi ke daerah-daerah lain yang lebih aman
1. Gempa Dahsyat Singkil 16 Februari 1861
Makam Hamzah Fansuri
Peperangan berkepanjangan berhenti pada tahun 12 Februari 1861 (1 Syaban 1277 H) di di Singkil dan sekitarnya dilanda gempa tektonik yang dahsyat. Empat hari kemudian (16 Februari 1861), gempa berkekuatan besar 8.5 skala richter disertai dengan tsunami melanda barat Sumatra dan Aceh.
Bencana yang kedua lebih banyak direkam oleh para ilmuwan kebencanaan di dunia karena berada tepat di Sunda Megatrust, menurut laporan lebih dari 2000 orang meninggal, menghancurkan seluruh pesisir pantai Singkil, Barus, Mentawai, Sumbar dan sekitarnya..
Dalam catatan Belanda, akibat dua bencana tersebut, seluruh bangunan Belanda dan benteng pertahanan hancur, akhirnya Belanda pindah ke Medan. Singkil ditinggalkan.
Ini adalah salah satu faktor kenapa Belanda tiba-tiba menyerang Aceh tahun 1873 langsung ke sentral kerajaan Aceh, di Banda Aceh. Pada saat Aceh belum pulih dari bencana, dan banyak korban dari orang Aceh.
Ulama-ulama yang berkiprah di pendidikan banyak gugur di medan perang di wilayah Barat Aceh. Lembaga-lembaga pendidikan sudah hancur akibat bencana.
Kota Singkil sebagai salah satu kota masuknya Islam di wilayah Barat Aceh mulai ditinggalkan, masyarakat migrasi ke daerah-daerah lain yang lebih aman, terutama kota-kota besar, seperti Meulaboh, Medan, Pasai, Lhoksamow (Lhokseumawe) dan Banda Aceh.
Sayangnya, tanpa disadari akibat konflik dan perselisihan politik kekuasaan, banyak ulama lahir di wilayah ini tidak terekam dengan baik, sehingga khazanah ilmu dan peradaban musnah seiring terlupakan tokoh-tokoh penyebar agama.
Hal serupa juga terjadi di Pasai, kerajaan Islam yang megah berdiri lebih dua abad, tapi kini tidak banyak orang Aceh (generasi sekarang) tahu nama-nama ulama dari Pasai.
[PENULIS HERMANSYAH, MA.Hum, Adalah dosen Bidang Teks Klasik dan Kajian Naskah pada Prodi SKI Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry, dan Peneliti Manuskrip]