Lipsus
Derita Pasien Jantung Koroner
LUKMAN Latif (43) tergolek di ranjang. Ia terlihat kesulitan bernapas
LUKMAN Latif (43) tergolek di ranjang. Ia terlihat kesulitan bernapas. Sesekali terdengar cegukan berbaur dengan napasnya yang turun naik. Selang infus melilit pergelangan tangannya. Di sisinya duduk sang istri, Suria sambil terus menatap sang suami. Surah Yasin yang dibaca oleh keluarga pasien di sebelahnya sayup-sayup memenuhi ruang ICCU (Intensive Coronary Care Unit) RSUZA Banda Aceh, tiga hari lalu.
Lukman divonis mengidap jantung koroner, penyakit paling mematikan nomor satu di Aceh. “Dari semasa lajang pakcek (paman) sehari-harinya jualan nasi, tempatnya buka 24 jam. Jadi, kurang sekali waktu untuk istirahat, mungkin capek,” ujar Ita, keponakan yang turut menunggui kepada Serambi, Jumat (16/10).
Bapak empat anak itu dilarikan ke RSUZA, Kamis (15/10) sore. Sebelumnya pihak keluarga membawa ke RS Harapan Bunda, namun tidak bisa dilayani karena kapasitas sudah penuh. Pertimbangannya karena lokasinya lebih mudah dijangkau karena keluarga itu tinggal di Lampeuneuruet, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar.
Pihak keluarga juga sempat meminta jasa ambulance RS Meuraxa, namun saat itu tak ada mobil yang standby. “Akhirnya pakcek kami bawa pakai becak, karena sudah mengeluh-ngeluh sakit, tak tahan katanya. Kejadiannya tiba-tiba,” tambah Muhamad, keponakan lainnya yang turut menunggui. Pemuda itu terlihat sibuk menerima telepon dari kerabatnya di Malaysia.
Bercakap-cakap dalam suara lirih di dalam ruangan berpenghuni 6 pasien. Suria, hanya terdiam. Kesedihan membayang jelas di wajah yang terlihat lebih tua dari usia sebenarnya. Anak mereka yang sulung yang kini duduk di bangku SMA menunggu di luar ruangan. Sementara adik-adiknya di rumah dijaga sang nenek.
Usaha warung nasi keluarga itu tetap jalan, namun baru buka pada sore hari atau separuh waktu dari biasanya. Mereka adalah warga asli Kabupaten Pidie dan dikenal sebagai pemilik warung nasi secara turun temurun. Tempat seumur-umur Lukman menghabiskan waktunya.
Demi membuat dapur tetap berasap, Lukman telah mengorbankan kesehatannya. Namun ia harus membayar mahal lantaran kesibukan telah merenggut kesehatannya itu. Kelelahan fisik membuat penyakit datang tanpa diundang, pun tanpa aba-aba. Waspada, jantung koroner makin mengancam.(rul)