Breaking News

Lipsus

Cantik Itu tak Harus Mahal

TAMPIL cantik dengan cara instan menjadi dambaan kaum hawa. Hal itu lantas membuat banyak

Editor: bakri
newclothingcorner
Ilustrasi 

TAMPIL cantik dengan cara instan menjadi dambaan kaum hawa. Hal itu lantas membuat banyak perempuan tak pikir panjang dan menempuh berbagai cara guna mendapatkan cantik yang diidam-idamkan. Peluang itu ditangkap oleh para produsen kosmetik yang menjadikan mereka sebagai sasaran empuk.

Tren penggunaan kosmetik mencapai puncaknya pada 2010, dan perlahan-lahan menurun dan kini merangkak naik kembali. Pada banyak kasus pemakaian kosmetik dapat menimbulkan dampak yang diharapkan, pun sebaliknya. Kondisi geografis, keadaan individu dan pemakaian kosmetik menjadi kunci kesehatan kulit sebagai pembungkus tubuh manusia.

“Cantik itu mahal, cantik itu sakit? Saya kira ini adalah mitos saja. Karena ada banyak kosmetik yang legal ditawarkan dengan tidak membutuhkan biaya besar dan cukup baik untuk kosmetik sehari-hari. Mahal itu belum tentu baik dan cocok,” kata dr Sitti Hajar SpKK yang dijumpai Serambi di Poli Kulit dan Kelamin RSUZA Banda Aceh, Kamis (5/11).

Menurut dokter yang juga staf pengajar di Fakultas Kedokteran Unsyiah tersebut, di sinilah perlunya edukasi kepada masyarakat. Ada tiga faktor yang saling mempengaruhi yaitu kondisi geografis, keadaan individu, dan jenis kosmetik yang digunakan. Dari sisi individu perlu dilihat jenis kulit, tebal-tipis, warna, jenis kelamin, dan usia. Sedangkan penggunaan kosmetik tergantung pada kebutuhan akan kosmetik, apakah untuk beraktivitas di dalam atau di luar ruangan. Adapun faktor kondisi geografis juga menyumbang pengaruh bagi kulit. Dalam konteks Aceh yang diapit oleh lautan, suhunya relatif panas sehingga menyebabkan efek membakar yang lebih kuat.

Untuk itu dr Titik, demikian ia akrab disapa, menyarankan pemakaian kosmetik yang sifatnya ringan (soft) serta penggunaan sunblock sebagai item ‘wajib’. Hal ini dimaksudkan guna menghindari terjadinya flek akibat pengikisan kulit dikarenakan penggunaan kosmetik yang keras sekaligus melindungi dari paparan matahari yang membakar kulit.

Sebaliknya pemakaian kosmetik yang keliru bisa menyebabkan kulit kemerah-merahan seperti tomat, perih, dan bahkan muncul bintik-bintik seperti jerawat, keras dan bahkan bernanah. Yang dikhawatirkan adalah terjadinya parut yang permanen. Pada keadaan ini dibutuhkan perawatan yang intensif yang bisa menelan biaya hingga puluhan juta rupiah. Jika pada taraf ini maka sudah membutuhkan beberapa tindakan perawatan bahkan sampai ke bedah kosmetik.

“Sebaiknya jika hendak menggunakan suatu kosmetik wajah, dapat dicoba dahulu pada bagian tubuh selain wajah untuk memantau efek yang tidak dikehendaki. Kalau tidak menimbulkan reaksi seperti kemerah-merahan berarti kosmetik tersebut aman,” papar Titik.

Dokter spesialis kulit lulusan Universitas Sumatera Utara (USU) ini berbagi kiat cara membedakan kosmetik aman atau berbahaya. Sebelum membeli cek apakah kemasannya dalam kondisi baik alias tidak cacat, tidak dalam keadaan terbuka, berlabel Depkes, aromanya tidak bau, serta masa pakai (expired date). Yang terpenting adalah ada atau tidaknya tercantum komposisi (ingredient) pada kemasan. Menurut Titik, adakalanya perusahaan menyembunyikan kandungan yang terdapat di dalamnya sehingga menimbulkan reaksi alergi atau iritasi. “Kebanyakan pasien yang datang kepada saya bukan untuk perawatan, tapi karena kulitnya telah rusak. Makanya jangan mudah terpengaruh iklan atau tersugesti model iklan,” pungkas Titik.(rul)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Korban Nova Buat Halaman di Facebook

 

Mengintip Proyek Masjid Raya

 

Realisasi Fisik 55 Persen

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved