Lipsus
MPD Sedang Evaluasi Sekolah Unggul
Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Aceh, Prof Dr Warul Walidin MA, Rabu (18/11) mengatakan
KETUA Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Aceh, Prof Dr Warul Walidin MA, Rabu (18/11) mengatakan, pihaknya sedang mengevaluasi sekolah unggul melalui program Studi evaluasi tentang sekolah unggul. Namun ia belum memaparkan hasilnya secara keseluruhan.
“Hasilnya belum bisa kita simpulkan karena tim yang diterjunkan ke 13 kabupaten di Aceh belum semuanya menyerahkan laporan. Apalagi hasil secara keseluruhan baru bisa disimpulkan setelah kita gelar seminar. Setelahnya baru bisa kita publikasi,” katanya.
Ditanya tanggapannya tentang kondisi sekolah unggul saat ini di Aceh, dia menilai secara umum sudah berhasil menjadi sekolah unggul berdasarkan standar sekolah unggul. Namun keberhasilan sekolah unggul ini baru sebatas untuk sekolah terkait. Padahal, salah satu tujuannya agar menjadi contoh bagi sekolah lain. Sebabnya, karena sekolah unggul masih terlalu kaku menyebarkan pengaruh ke sekolah lain. Sebaliknya, sekolah lain tak aktif menerapkan yang ada di sekolah unggul baik dari segi fasilitas maupun teknik belajar.
“Dari segi standar sekolah unggul, secara fasilitas dan sistem pendidikan sudah memadai. Demikian juga sekolah model yang secara terminologi adalah sekolah reguler yang punya perbedaan dari basis pelajaranya. Setidaknya beberapa kriteria sudah terpenuhi seperti seleksi masuk siswa baik fisik maupun psikis dan kognitifnya. Kemudian unggul dari sarana, dan sumberdaya tenaga pendidik,” kata Profesor Warul.
Indikator lainnya yakni kurikulum yang diperkaya dengan muatan pelajaran lain. Juga ada fasilitas tambahan seperti laboratorium, pustaka yang lebih unggul, baik sekolah yang unggul maupun tidak. Namun salah satu standar untuk menjadi pusat percontohan bagi sekolah lain belum maksimal.
Mengenai pemondokan, menurut Prof Warul juga ada standarnya sesuai standar minimal pendidikan. Namun bagi sekolah swasta sebagian mungkin minim dari fasilitas bilik. Ini dipengaruhi kemampuan donatur sekolah terkait. Namun, dia setuju harus punya standar minimal baik dari segi kebersihan dan fasilitas fisik.
“Untuk meminimalisir adanya insiden, pihak sekolah harus selalu awas, jangan ada perilaku yang menyimpang. Pihak sekolah jangan sekadar mengajar tapi juga mendidik. Kita percaya pola asuh yang harus diterapkan adalah pola islami. Saat siswa bermain juga harus diawasi, jangan ada kesempatan siswa berbuat negatif,” katanya.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, ia berharap agar pihak manajemen setiap sekolah untuk selalu menerapkan delapan standar nasional pendidikan yakni standar isi, proses, tenaga pendidikan, sarana, prasarana, pendanaan, pengelolaan, dan penilaian.
Untuk mencegah insiden ia mengimbau pengasuh aktif mengawasi. Tata tertib dan aturan manajemen perlu diperkuat. Sinergi dengan orangtua, masyarakat, sekolah lain, dan instansi terkait juga perlu dibina. (gun)