Breaking News

Lipsus

Tak Semua Berlabel Minim

KASUS penganiayaan yang terjadi di beberapa sekolah berasrama memicu kekhawatiran berbagai pihak

Editor: bakri

KASUS penganiayaan yang terjadi di beberapa sekolah berasrama memicu kekhawatiran berbagai pihak. Ada yang menilai terjadinya kasus ini karena minimnya pengawasan. Namun ada beberapa sekolah moderen dan unggul yang ternyata punya pengawasan yang ketat. Misal seperti Fatih Bilingual School, Lamlagang, Banda Aceh.

Humas Fatih Bilingual School, Lanjar Mulyana mengatakan, pengawasan di sekolahnya cukup ketat. Tidak ada senioritas di sekolah itu. Sekolahnya juga terpisah jauh antara lelaki dan perempuan. Sejumlah guru ditugaskan mengawasi anak 24 jam.

Pantauan Serambi, sekolah tersebut memang sangat berbeda dengan sekolah reguler karena sekolah ini punya banyak tambahan pelajaran di sore dan malam hari. Sekolah yang dipimpin Sabar Risdadi ini mencegah pergesekan antarkelas dengan mengadakan pendekatan setiap hari. Sehingga siswa merasa selalu seperti keluarga bahkan bermain bersama. Sistemnya, guru harus terlebih dahulu mencontohkan perilaku baik kemudian diterapkan terhadap anak.

Sekolah ini mengembangkan pembinaan sesuai bakat anak, baik itu seni, budaya, sains, maupun olahraga. Sebanyak 280 siswa diarahkan sesuai bakat. Selain sains, pelajaran agama, fiqih dan akidah akhlak juga diutamakan.

Perbedaan menonjol lain dari sekolah ini, menurut Lanjer, penerapan kurikulum diterapkan berbeda secara ‘inklusi’ terhadap masing-masing siswa. Siswa diperhatikan satu persatu untuk mengetahui bakatnya. Untuk itu setiap lokal hanya berisi 20 siswa agar lebih praktis.

Setiap ruangan belajar maupun kamar terlihat sangat bersih. Siswa yang hendak masuk harus melepas alas kaki. Sementara setiap lorong asrama difasilitasi dengan permadani yang nyaman.

“Intinya memang ada perbedaan dalam penerapan pelajaran tambahan. Kita juga menekankan pola kedisiplinan dan mengisi waktu kosong anak untuk bermain dan olahraga. Anak muda energinya banyak sehingga tak boleh ada waktu kosong. Bukan berarti hanya untuk belajar tetapi anak diperbolehkan bermain sesuai bakat. Dengan demikian lingkungan dan perilaku siswa tetap baik,” katanya.

Contoh lain sekolah berasrama adalah SMAN Modal Bangsa di Blang Bintang, Aceh Besar. Sekolah negeri ini juga menerapkan pengawasan yang ketat.

Kepala SMAN Modal Bangsa Blang Bintang, Dr Anwar Amin MEd kepada Serambi, Sabtu (14/11) mengatakan, pengawasan berlaku 24 jam. Lokasi sekolah yang mencapai tujuh hektare mengharuskan pihaknya menerapkan pengawasan yang maksimal. Sejumlah guru ditunjuk tugas piket secara bergantian.

Menurut Anwar Amin yang merupakan lulusan S-III Flinders University, Austaria, tahun 2014, saat ini di sana terdapat 330 siswa yang bergabung antara siswa dan siswi dalam satu lingkungan sekolah. Namun dari sisi pemondokan tetap terpisah jauh. Siswa-siswi tinggal di asrama yang dipimpin oleh seorang kepala asrama. Setiap kamar berisi delapan siswa. Kepala asrama saat ini dijabat M Din. Ia ditunjuk oleh pihak manajemen sekolah sekaligus sebagai orangtua angkat di lingkungan itu. Selain itu terdapat tiga pengawas utama yang terdiri atas dua orang lelaki dan seorang wanita.

Pantauan Serambi, di lingkungan asrama terdapat juga pos-pos pengawas dan rumah tinggal pengawas serta rumah sejumlah guru yang mengajar di sana. Hal ini memudahkan petugas mengawasi siswa hingga 24 jam.

Menurut pria kelahiran Bireuen, 21 Juni 1972 ini, perbedaan mendasar sekolah ini tedapat pada sistem pengajaran. Ada pelajaran tambahan bidang agama. Ini menjadikan sekolah ini mirip semi pesantren namun dengan kompetensi kurikulum nasional yang lebih baik.

Di sana diterapkan kultur perilaku islami dalam kehidupan sehari-hari walau pun saat berolahraga. Demikian juga tentang cara tegur-sapa sesamanya maupun dengan guru dan orang lain. Siswa dididik untuk saling menghargai dengan memahami hak individu orang lain walau itu adik kelas. “Tak ada perbedaan antara kelas 1 dan kelas 3 di sini. Kalaupun ada acara orientasi sekolah, harus dilakukan bersama dengan guru dan pimpinan sekolah,” kata Anwar.

Ditanya biaya sekolah, Anwar mengatakan, masuk SMAN Modal Bangsa gratis. Uang sekolah juga digratiskan, karena sudah disubsidi pemerintah. Anak didik hanya membayar uang makan di asrama Rp 750.000 per bulan. Sistem makan siswa dihidangkan di atas meja, bukan secara prasmanan.(gun)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Korban Nova Buat Halaman di Facebook

 

Mengintip Proyek Masjid Raya

 

Realisasi Fisik 55 Persen

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved