Menengok Kota Tertua di Jerman
SEBELUM menyiapkan aplikasi untuk program master di Uni Trier, saya belum pernah mendengar
OLEH ZAKIUL FUADY, penerima Beasiswa Pemerintah Aceh pada Program Master Environmental Science di Universität Trier, melaporkan dari Jerman
SEBELUM menyiapkan aplikasi untuk program master di Uni Trier, saya belum pernah mendengar ada kota di Jerman bernama Trier. Terdengar aneh dan sangat tidak umum. Karena beberapa kota di Jerman yang familiar bagi saya waktu itu adalah Potsdam, Hamburg, Göttingen, Berlin, dan München yang kerap saya dengar di berbagai media online dari Jerman maupun Tanah Air.
Sekitar satu tahun lalu ketika mengikuti program orientasi mahasiswa baru yang diselenggarakan International Office Uni Trier, kami dibawa berkeliling kota. Tujuannya, untuk lebih mengenal bagian-bagian penting dari kota yang terletak di negara bagian Rheinland-Pfalz atau dalam bahasa Inggris disebut Rheinland-Palatinate itu.
Melihat beberapa bangunan tua di kota ini saya pun penasaran dan bertanya pada panitia acara yang seharian telah menjelaskan sejarah Kota Trier kepada kami. “Apa benar kota ini adalah yang tertua di Jerman?” Beliau menjawab, “Benar, walau ada pendapat lain yang mengatakan Kota Heidelberg yang tertua. Tapi saya percaya bahwa Trier adalah kota yang paling tua di Jerman bila dilihat dari sejarahnya.” Salah satu hal menarik dari kota kelahiran Karl Marx ini adalah ikon kota yang berbentuk gerbang tua berwarna hitam yang berdiri gagah di pusat kota. Konon gerbang hitam bernama Porta Nigra ini adalah satu dari empat gerbang yang tersisa hingga saat ini di Kota Trier yang dibangun tahun 186 Masehi dan selesai empat tahun kemudian.
Porta Nigra pada masa Kerajaan Romawi menjadi gerbang masuk pada bagian utara Kota Trier, Porta Alba di bagian timur, Porta Media di bagian selatan, dan Porta Inclyta di bagian timur.
Pada abad pertengahan, material bangunan seperti batu yang terdapat pada bagian gerbang-gerbang ini banyak digunakan sebagai bahan bangunan. Begitu juga besi dan tembaga pada dinding gerbang digunakan kembali sebagai material pendukung bangunan lainnya. Sehingga Porta Nigra disulap menjadi gereja oleh salah satu biksu Yunani bernama Simeon untuk mencegah perusakan lebih lanjut. Namun, pada kunjungan Napoleon Bonaparte pada tahun 1804, ia memerintahkan agar Porta Nigra dikembalikan pada fungsi asalnya seperti pada masa Kekaisaran Romawi sebagai pintu gerbang. Kemudian tahun 1986, situs bersejarah ini mendapat pengakuan Unesco sebagai salah satu warisan dunia yang harus dilindungi dan menjadi identitas kota tertua di Jerman ini.
Nama Trier sendiri diambil dari nama suku Celtic dari Treveri. Setelah beberapa dekade menjalani perang sipil, Kaisar Augustus memenangkan Kekaisaran Romawi dan memajukan infrastruktur pada provinsi baru, sehingga kota ini diberi nama Augusta Treverorum. Kehidupan perkotaan hadir di kota tua ini sejak dibangunnya jembatan kayu melintasi Sungai Mosel pada tahun 17 Sebelum Masehi yang sekarang lebih dikenal dengan nama Römerbrücke.
Terdapat sembilan situs warisan dunia yang dilindungi Unesco yang menarik begitu banyak turis setiap harinya, yakni: Porta Nigra, Konstantin-Basilika, Kaiserthermen, Amphitheater, Trierer Dom, Liebfrauenkirche, Römerbrücke, Barbarathermen, dan Igeler Säule yang terletak berdekatan, kecuali Römerbrücke dan Igeler Säule.
Turis yang mengunjungi kota tua ini bervariasi, mulai dari Asia, juga dari belahan dunia lainnya.
Di kota ini terdapat dua universitas yang mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan riset. Ada Uni Trier dan Hochschule (University of Applied Science) Trier dengan jumlah mahasiswa internationalnya sekitar 10% di tiap universitas.
Di kota yang berjarak sekitar dua jam dari Frankfurt am Main ini, bus adalah alat transportasi utama di dalam kota yang berpenduduk lebih kurang 100.000 jiwa dengan luas wilayah sekitar 117 ribu kuadrat meter ini. Karena letaknya yang begitu dekat dengan Luxemburg, ada begitu banyak warga kota ini yang bekerja di Luxemburg. Selain karena gaji yang lebih besar, Luxemburg juga memiliki begitu banyak perusahaan level internasional seperti Skype. Luxemburg juga menggunakan tiga bahasa resmi, yaitu bahasa Luxembourgish, Jerman, dan Prancis.
Bagaimana dengan makanan halal? Toko Turki adalah salah satu penyedia makanan halal di kota ini. Selain itu juga ada beberapa toko Asia yang menjual beberapa jenis makanan yang berasal dari Indonesia, seperti mi instan, bumbu masak, saus, kecap, dan lain-lain. Beberapa toko makanan halal juga tersedia di tiap sudut kota.
Kehidupan beragama pun cukup harmonis di kota tua ini. Sebuah masjid mengakomodir kegiatan peribadatan umat Islam yang terletak di Jalan Luxemburgerstraße.
Tahun lalu, saat menunaikan shalat Jumat tidak terasa begitu sesak, namun sekarang suasana masjid lebih sesak saat shalat Jumat. Ini menandakan bertambahnya umat Islam di kota yang terletak di wilayah barat daya Jerman ini. Alhamdulillah.
* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com