Citizen Reporter
Menikmati Keasrian Proton City
ALHAMDULILLAH, saya berkesempatan mengunjungi salah satu pabrik mobil terbesar di Malaysia
OLEH RIDHA HADI, putra Pidie, alumnus Teknik Planologi, Universitas Diponegoro Semarang, melaporkan dari Kuala Lumpur
ALHAMDULILLAH, saya berkesempatan mengunjungi salah satu pabrik mobil terbesar di Malaysia, yaitu Proton. Pabrik ini berada di Tanjung Malim, kota kecil yang merupakan bagian dari Negeri Perak. Saya naik bus seharga RM 7.85 agar bisa menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan. Sebenarnya tidak ada niatan khusus bagi saya untuk melanjutkan destinasi traveling ini menuju kota Tanjung Malim. Namun, karena istri saya yang juga merupakan alumnus dari Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), jadilah momen nostalgia ini kami manfaatkan untuk berkeliling kompleks industri Proton yang letaknya tepat bersebelahan dengan kawasan kampus tersebut.
Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam, akhirnya tibalah kami di Tanjung Malim Bus Station. Kemudian, kami menuju tempat penginapan yang tak jauh dari asrama mahasiswa UPSI.
Esoknya seusai melepas lelah, kami putuskan untuk berjalan-jalan di seputar kampus sekaligus mengunjungi Proton. Untuk mencapai kawasan Proton, kami menumpangi bus kampus yang disediakan secara percuma atau gratis dari asrama mahasiswa ke Kampus Sultan Azlan Shah (kampus baru UPSI) yang merupakan kawasan kampus yang berdekatan dengan industri Proton.
Sesampainya di kampus tersebut, kami menyewa sepeda selama dua jam seharga RM 3. Dengan bersepeda santai kami butuh waktu 15 menit untuk mencapai kawasan industri Proton.
Proton adalah singkatan dari Perusahaan Otomobil Nasional Sdn Bhd yang merupakan perusahaan mobil inisiatif dari Perdana Menteri Malaysia saat itu, yaitu Mahathir Mohammad pada tahun 1983. Sejak didirikan pertama kali, Proton sudah menjelma menjadi sebuah perusahaan produsen mobil pertama di Malaysia dengan peluncuran model komersial pertama, yaitu Proton Saga pada 9 Juli 1985.
Pasar pertama Proton Saga adalah Singapura. Setahun setelah model pertama diluncurkan, Proton telah berhasil meluncurkan 10.000 buah mobil. Tahun berikutnya lebih dari 50.000 unit Proton Saga telah diproduksi dan dijual di Bangladesh, Brunei Darussalam, Selandia Baru, Malta, Sri Lanka, dan Inggris.
Pada awal berdirinya, Proton masih menggunakan teknologi dari perusahaan Jepang, yaitu Mitsubishi. Tapi seiring dengan bergulirnya waktu Proton telah berhasil mengembangkan mobil Proton menggunakan teknologinya sendiri sampai kini.
Hal yang paling berkesan bagi saya selama berkeliling di kawasan perindustrian Proton adalah keasriannya yang dapat dilihat dari lokasi pabrik yang berada di bawah kaki pegunungan. Ditambah lagi dengan adanya Tasik Embayu, yaitu sebuah danau buatan yang ada tepat di kawasan permukiman karyawan Proton dan dikelilingi oleh ruang terbuka hijau.
Penataan ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan permukiman karyawan Proton berfungsi sebagai nilai estetika, yaitu sebagai sumber rekreasi publik serta berfungsi sebagai sumber penampungan air dan pengatur iklim tropis yang terik dan lembab. RTH di kawasan Proton juga mempunyai manfaat kehidupan yang tinggi, terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (objek dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan kawasan, tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kawasan industri Proton tersendiri. RTH kawasan Proton tidak cuma menampung aktivitas sosial karyawannya, tetapi juga dapat memberikan fungsi rekreatif, edukatif, serta memiliki kontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem kawasan maka luas minimal, pola, dan struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya.
Ketersediaan RTH dalam kawasan perindustrian dan permukiman merupakan suatu isu global karena akan terkait dengan perubahan iklim. Perubahan iklim ini menjadi masalah yang sangat penting diatasi dengan pengelolaan, pembangunan, dan optimalisasi ketersediaan RTH yang ada di suatu kawasan perindustrian dan permukiman.
Optimalisasi RTH ini perlu didukung oleh adanya kebijakan, strategi, dan pembiayaan untuk mendukung proses pembangunan. Perencanaan kawasan industri dengan selalu memperhatikan RTH seperti ini seharusnya dapat menjadi contoh untuk perencanaan pembangunan kawasan industri di Aceh, terutama untuk rencana kawasan industri yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Aceh.
* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com