Cakrawala
Wisata Sabang Masih Minus di Sektor Pelayanan Pelabuhan
Namun masalahnya hanya di pelayanan pelabuhan, yang menjadi pintu masuk ke Kota Sabang.
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Yusmadi
Laporan Muhammad Nasir | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Ombudsman RI Perwakilan Aceh yang melakukan investigasi ke Sabang selama tiga hari yang lalu, menemukan sejumlah catatan buruk pada pelayanan Pelabuhan Balohan Sabang, termasuk juga Pelabuhan Ulee Lheu Banda Aceh.
Kepala Ombudsman RI Perwakilan Aceh, Dr Taqwaddin Husin mengatakan, pelayanan pariwisata Sabang pada sektor penginapan, objek wisata dan restoran sudah cukup baik.
Namun masalahnya hanya di pelayanan pelabuhan, yang menjadi pintu masuk ke Kota Sabang.
Pernyataan itu disampaikan oleh, Dr Taqwaddin Husin didampingi Asisten Pengawasan, M Fadhil Rahmi, Senin (25/1/2016) di Radio Serambi 90.2 FM.
Dalam acara talkshow membedah editorial salam Serambi Indonesia, dengan tema ‘Pelabuhan Sabang harus bebas calo’, hadir juga Redaktur Pelaksana Serambi Indonesia, Yarmen Dinamika.
“Dalam catatan kami di Pelabuhan Ulee Lheu ditemukan banyak kendaraan yang masuk ke kapal feri tidak melalui jalur antrean, sedangkan saat di Balohan banyak calo yang menawarkan tiket kepada penumpang,” ujarnya.
Terkait temuan Ombudsman di lapangan, rencananya mereka akan memanggil Pemko dan DPRK Banda Aceh, Pemko dan DPRK Sabang, Imigrasi, ASDP, Bea Cukai, dan pihak kepolisian.
Tujuannya agar ada komitmen bersama sehingga didapatkan solusi untuk menyelesaikan masalah itu.
Karena, lanjut Taqwaddin, Sabang sebagai daerah yang mengandal sektor wisata harus serius menanggapi masalah tersebut serta segera melakukan pembenahan.
Asisten Pengawasan, M Fadhil Rahmi mengatakan, selain di pelabuhan, kondisi kapal penyeberangan juga belum memberikan kenyamanan bagi penumpang.
Sebab ruang VIP yang saat ini kondisinya tidak mengambarkan VIP, karena AC mati, televisi mati, sofa rusak, bahkan ruang itu tanpa dijaga petugas sehingga penumpang non-VIP sangat bebas keluar masuk.
Sedangkan, Yarmen Dinamika menyatakan bila permasalahkan itu tidak segara diselesaikan, maka dikhawatirkan pariwisata Sabang akan “tenggelam”.
Sebab, saat merencanakan perjalanan, wisatawan sudah memperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan.
Sehingga saat ada kutipan tambahan tentu akan merusak rencana wisata mereka. Tentu hal itu akan menjadi kampanye buruk bagi pariwisata Sabang. (*)