Cerpen

Maop .

MAOP menatap seorang wanita dari balik bayang rumah tua. Wanita itu terlihat waspada seperti sadar sedang diperhatikan

Editor: bakri

Pada suatu senja didapatinya rumah sudah kosong melompong. Maop yang kecapaian sepulang kerja beristirahat sejenak. Mungkin istri dan putrinya sedang berkunjung ke rumah saudara yang berada di ujung desa. Senja telah bewarna saga, istrinya tak kunjung kembali. Ia masuk ke kamar tidur, betapa terkejutnya ia mendapati isi lemari telah kosong. Tergesa Maop menuju ke ujung desa, berharap istrinya ngambek dan mengungsi ke rumah saudaranya. Tapi hanya sepucuk surat yang ditinggalkan istri pada saudaranya.

Lunglai, Maop kembali berjalan pulang ke rumah mereka. “Aku sudah tidak sanggup hidup bersamamu lagi. Jangan pernah mencariku lagi. Wanita yang pernah menjadi istrimu ….” Kalimat itu mengiringi langkah Maop kala senja beranjak ke peraduan malam.

Semenjak kejadian itu, Maop menjadi enggan menampakkan diri di depan umum. Ia merasa gagal sebagai suami. Rasa malu menamparnya ribuan kali. Ia hanya muncul di bawah bayang-bayang. Sembari mengenang anak dan istri yang tak pernah kembali. Makanannya kesedihan dan air mata menjadi pelepas dahaga satu-satunya.

Maop, sosok hitam yang berada di bawah bayang-bayang. Itulah yang dikatakan orang terhadapnya. Siapa pun yang melihatnya akan lari terbirit-birit ketakutan. Pernah sekali waktu seorang pemuda yang hendak buang hajat di sungai melihatnya berdiri di bawah pohon waru. Pemuda itu kabur tanpa sempat menaikkan celananya. Sungguh tak beretika, membuang hajat di badan sungai yang dipakai desa sebelah sebagai sumber air minum, pikir Maop kala itu. Tapi ia terlanjur dikenal sebagai sosok yang menakutkan.

Bosan dengan tuduhan orang-orang terhadap dirinya, Maop akhirnya memutuskan menjadi seperti yang dikatakan mereka.

Jahat, hitam dan legam ….

***

Mirah berjalan cepat di lorong sempit yang mengarah ke rumahnya. Rasa was-was menyelimuti hati. Perasaannya seperti ada yang sedang megikuti terus mengusik hatinya. Mendadak ia berhenti dan mengamati sekeliling. Tak ada apa-apa. Ternyata perasaannya saja yang membuat ia ketakutan sendiri. Setelah menarik napas panjang, dibuangnya rasa takut jauh-jauh. Ia telah dibuat takut oleh bunyi tapak sepatunya sendiri.

Bulan bergantung pucat di angkasa malam. Segumpal awan hitam yang dibawa angin menutupinya perlahan-lahan. Jangkrik bernyanyi dari tanah lapang yang berada di utara. Tiba-tiba langkah Mirah berhenti. Ia tercekat, ingin menjerit, tenggorokannya terasa kering. Pita suaranya lumpuh. Sesosok hitam, legam, tinggi besar sudah berdiri di hadapannya ….

***

Maop memamerkan giginya pada wanita yang sedang ketakutan di depannya. Sungguh ia menikmati ini semua. Ia selalu berandai-anda korbanya adalah istri yang tega meninggalkan Maop dalam kepedihan. Hingga kegelapan mendatanginya. Dan ia bisa mengambil hati korban-korbanya dengan bahagia, kemudian mencampakkannya di jalanan. Ia melakukannya tanpa rasa bersalah.

Maop berjalan mendekati wanita yang berparas pucat tesebut. Dipegangnya bahu sang wanita yang tergetar ketakutan itu. Seperti biasa kuku-kuku tajamnya akan menghunjam ke dada kiri korbannya. Ketika kukunya mengenai kulit wanita tersebut, Maop tersentak kaget. Tangannya seperti tersetrum ribuan volt listrik. Ia mundur ke belakang, menatap korbannya yang pasrah memejamkan mata.

Wajah itu …, Maop merasakan nyeri di ulu hatinya. Ia mendekap dada kiri. Kemudian terduduk di hadapan wanita yang mulai membuka matanya perlahan-lahan. Tatapan mata wanita itu semakin menusuk dada kiri Maop. Wanita itu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Maop merasakan sakit yang tiada dua. Wanita itu yang tak lain adalah Mirah itu menyodorkan botol air mineral pada sosok tinggi besar yang kini berlutut kesakitan di depannya.

Dengan tangan tergetar maop menerima benda tersebut. Tanpa berkata-kata Mirah berjalan meninggalkan makhluk itu. Maop masih bersimpuh sambil menatap botol air mineral yang diberikan Mirah. Bunyi langkah yang menggunakan high heels terdengar semakin menjauh….

* Ida Fitri, lahir di Bireuen 25 Agustus. Sekarang menjadi Penyuluh Kesehatan Masyarakat di Aceh Timur.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved