Cerpen

Hantu Agam

SUDAH dua minggu lebih aku tak melihat sosok Agam. Terakhir ia berpamitan padaku untuk pulang

Editor: bakri

“Sekitar jam sembilan atau sepuluh pagi,” kata Vira, masih terisak. “Semula ibu melarangnya balik ke Banda Aceh dengan mengendarai epeda motor karena diakurang begitu sehat. Tapi Agam tidak mematuhinya.” Perutku seketika terasa mulas dan penglihatanku menjadi berkunang-kunang. Aku berdiri sempoyongan untuk meraih botol minuman. “Kami mendapat berita dari Polres setempat setelah dua jam kejadian,” lanjut Vira. “Tidak ada luka yang berarti di badannya, namun Agam mengalami geger otak yang parah.” Selagi Vira berbicara, kuteguk minumanku untuk menenangkan diri. Setelah mengatur napas, aku pun berkata, “ Sebenarnya saya tidak percaya dengan berita ini.

Masalahnya kemarin dia bersama saya. Dia muncul pagi-pagi, kami mengobrol dan tidur bersama.” Untuk beberapa saat aku tidak mendengar suara di seberang sana. “Hanya saja, “ lanjutku. “ Ketika bangun pagi tadi, Agam sudah tidak ada di kamar. Semula saya pikir dia keluar sebentar untuk mencari sarapan atau ada kegiatan lain.” “Dia bertemu denganmu? “ tanya Vira keheranan. “ Kemarin pagi? “ “ Ya... “ sahutku. “Dia hidup. Hanya saja wajahnya sangat pucat. “ “Ya Tuhan... “ desis Vira. Setelah lama tak ada suara, baru aku tahu bahwa wanita itu telah pingsan.Tanganku gemetar. Handphoneku pun jatuh ke lantai. Aku eringat kata-kata Agam kemarin bahwa bu Husna pasti akan mengikhlaskannya. Baru aku tahu maknanya sekarang...

* Dian Triani GA, penulis tinggal di Banda Aceh

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved