Boh Leping
Kosakata bahasa daerah, khususnya bahasa Aceh, memberikan kontribusi dalam perbendaharaan kosakata
Oleh Rahmad Nuthihar MPBSI PPs Unsyiah
Kosakata bahasa daerah, khususnya bahasa Aceh, memberikan kontribusi dalam perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia sebanyak 112. Dengan perkataan lain, dari jumlah penutur bahasa Aceh yang terbesar di 23 kabupaten/kotamadya di provinsi Aceh hanya 112 kosakata bahasa Aceh yang dibakukan dalam bahasa Indonesia.
Dari ke-112 kosakata bahasa Aceh yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, saya merasa sedikit aneh di mana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi keempat (2008:203) sudah membakukan kata boh leping yang berasal dari bahasa bahasa Aceh dimaknai dengan ‘kelapa yang sudah dilubangi tupai’.
Sebagai penutur bahasa Aceh yang berbahasa ibu bahasa Aceh dan berdomisili di Aceh Barat, saya merasa kurang berterima dengan pembakuan kosakata boh leping tersebut. Ketidakberterimaan itu karena persoalan semantik. Bagi penutur bahasa Aceh yang berdomisili di Kabuapten Aceh Barat ataupun Nagan Raya memaknai boh leping tersebut adalah ‘putik kelapa yang terlepas dari tandannya’. Pemaknaan boh leping sebagaimana terdapat dalam KBBI akan dikhawatirkan mempengaruhi khazanah kebahasaan bagi penutur bahasa Aceh di pesisir barat selatan berupa pengacuan makna dalam ungkapan.
Misalnya, awak sipak boh keutupong pih meuen bola ‘orang sepak kelapa yang sudah dilubangi tupai pun bermainbola’. Maksud ungkapan ini ditujukan kepada pemain bola yang tidak tepat menendang bola. Hal ini disebabkan boh keutupong saatditendang arahnya tidak beraturan. Oleh karena itu, sangat tidak berterima rasanya diibaratkan menendang boh leping yang maknanya bagi penutur bahasa Aceh dialek barat-selatan berupa ‘putik kelapa yang berukuran kecil’.
Selain ungkapan tadi, boh leping diyakini sebagai obat bagi masyarakat Aceh Barat untuk mengobati menceretkarena rasa boh leping sangat pahit. Selain itu, boh leping yang sudah digiling dapatdigunakan untuk pengobatan terkilir ataupun meredakan sakit mag. Sekali lagi, apakah mungkin makna boh leping dalam KBBI yang tadinya kelapa yang sudah dilubangitupai digunakan sebagai obat menceret ataupun boh leping digiling lalu dijadikan obat terkilir bagi penutur bahasa Aceh dialek barat-selatan?
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam kamus bahasaAceh karangan Aboe Bakar, dkk. (1985:420-421) juga dijelaskanbahwa keutupong, geutupong; boh keutupong memiliki makna ‘buah kelapa tua yang jatuhkarena dimakan tupai, berlubang di tengahnya, dan digunakan untuk bahan bakar’.
Selain itu, kamus bahasa Acehkarangan Hasan Basry (1995:141) menjelaskan buah kelapa yang sudah kering disebut boh lupieng; boh keutupong. Di sini, pemaknaan Basry terlihat netralterkait pemaknaan boh leping dengan membuat sinonimnya boh keutupong Ada kemungkinan perbedaan makna boh leping tersebut karena perbedaan dialek. Penutur bahasa Aceh dialek Pase dan dialek Aceh Besar memang benar bernar menyebutkan boh leping ‘kelapa yang sudah dilubangi tupai’.
Akan tetapi, janganlupa! Salah satu sifat bahasa Indonesia ragam ilmu adalah bukanlah dialek. Selain itu, pengembangan kosakatadalam bahasa Indonesia ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu kaidah tata bahasa,kaidah makna, dan kaidah sosial (Suhardi 1987:52). Mencermati lebih lanjut mengenai pembakuan bahasa Indonesia, proses penyerapan kata boh leping merupakan bentuk kata majemuk.
Kata boh dalam bahasa Aceh yangberarti buah merupakan pemarkah dan kata tersebut wajib hadir jika didahului oleh buah-buahan (baca enggolong oh dalam Bahasa Aceh, Azwardi 2014). Hal ini secara semantik dianggap tidakefektif ataupun disebut pleonasme karena buah kelapa sudah berarti kelapa. Selain daripada itu, jika boh leping dibakukan, kata boh juga harus dibakukan yangbermakna buah. Berangkat dari persoalan tersebut ada beberapa alternatif yang saya tawarkan. Pertama, kata boh leping dibuat sublema yangmaknanya mengacu pada putik kelapa yang terlepas dari tandanya, kedua, kata boh leping digantikan dengan keutupong, ataupun, ketigakata boh leping sebaiknya dihapus dalam KBBI.
Akhir kata, di ingatan saya masih sangat membekas boh leping sering dijadikan rujakAceh dan hiem (teka-teki) bahasa Aceh yang menanyakan boh u pue tatik lam kulam timu atau lam? ‘kelapa apa yang dilemparkan ke kolamdapat terapung ataupun tenggelam’?