Breaking News

Pengalaman Perempuan Inggris Menyamar sebagai Muslim, Sempat Terima Perlakuan Buruk dan Dicaci

Dalam dokumenter yang dibuat setelah serangan teror di Manchester bulan Mei lalu, Katie Freeman menjadi anggota keluarga Muslim di kota itu.

Editor: Faisal Zamzami
CHANNEL 4
Katie Freeman, tengah, didandani sebagai perempuan Muslim dengan wajah diwarnai menjadi cokelat. 

Freeman menghabiskan waktu seminggu bersama keluarga asal Pakistan Saima Alvi, seorang guru dan ibu dari lima anak.

Dokumenter ini dibuat setelah serangan di Manchester Arena yang menyebabkan 22 orang meninggal Mei lalu.

Dewan Muslim Inggris, Muslim Council of Britain mengatakan kepada BBC mereka "tidak akan memberi saran" menampilkan orang dengan "wajah yang diwarnai cokelat" dan mengatakan mereka tidak terkejut program itu "menyebabkan banyak pihak sangat tersinggung".

Tetapi organisasi ini memuji tujuan dari saluran TV ini untuk "memberikan pengertian lebih baik terkait Islamfobia yang seolah diterima dalam masyarakat yang lebih luas."

Banyak pula yang mengkritik ditammpilkannya Katie Freeman karena sebelum ia menyamar, pandangannya "anti-Muslim."

Mengecam Islamofobia

Dalam film dokumenter itu juga ada kutipan Freeman yang mengatakan, "Larang jilbab dan burka. Saya rasa (larangan) itu akan membuat orang jauh lebih senang, lebih aman. Saya tak mau duduk di samping mereka (yang berjilbab) karena secara otomatis saya berasumsi mereka akan meledakkan sesuatu."

Namun setelah "Sepekan sebagai Muslim," Freeman mengecam Islamofobia yang terlihat setelah serangan Manchester.

Freeman diteriaki orang saat lewat satu pub dan ditanya apakah dia akan meledakkan sesuatu. Ia mengatakan, "Itu apa yang harus mereka (Muslim) hadapi setiap waktu? Bahaya apa yang saya lakukan dengan berjalan di sini? Sama sekali tak ada bahaya."

"Dan apa yang mereka maksud dengan meledakkan sesuatu?...Teriakan itu membuat saya muak."

Pada akhir film dokumenter itu, Freeman menyimpulkan, "Anda tak bisa menyalahkan seluruh Muslim atas tindakan teror yang dilakukan satu orang yang tak berpikir panjang. Hanya karena mereka berbeda tak berarti mereka bisa disambut di sini."

"Kita harus kuat dan menunjukkan kita bersatu."

Pernyataannya yang lebih simpatik disambut sejumlah pemirsa.

Hassan Mohammad, yang tinggal di Birmingham, mengatakan seperti dikutip the Independent, "Mudah untuk menyebut Katie rasis namun paling tidak ia terbuka untuk belajar lebih banyak tentang Muslim. Semoga ada lagi yang demikian."

Permisa lain, Shakil Seedan sepakat dan mengatakan, "Mereka yang mengkritik My Week As a Muslim, saya rasa tak ada cara lain yang lebih baik untuk belajar berempati dan belajar untuk peduli dengan mencoba merasakan sendiri pengalaman orang lain." (BBC Indonesia)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved