Ini Kisah Gampong Pande dan Masa Depannya di Mata Pegiat Sejarah Tarmizi A Hamid
Kawasan ini dulunya adalah salah satu panggung utama sejarah Aceh dan telah merekam jejak-jejak sejarah yang cukup banyak.
Penulis: AnsariHasyim | Editor: Safriadi Syahbuddin
"Itu sama sekali tidak logis dan tidak masuk ke cita rasa. Saya rasa seluruh masyarakat Aceh akan sependapat dengan saya dalam hal, sebab penempatan lokasi buang sampah dan lain-lain di pinggir Krueng Aceh yang melegenda dan juga di bekas kawasan paling penting dalam sejarah Aceh, ini adalah sesuatu yang tidak dapat diterima baik dari segi adat dan kearifan orang Aceh, atau dari segi cita rasa keindahan," tutur Cek Midi.
(Baca: Makam Permaisuri Sultan Iskandar Muda tak Terurus, Jangan Sampai Kasus Gampong Pande Terulang)
Karena itu, katanya, rencana penghentian proyek Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) bahkan relokasi TPA dan IPLT sudah seharusnya dilakukan Pemerintah.
Melihat dari kandungan nilai sejarah, sebaiknya, kawasan ini digunakan untuk kawasan situs yang didukung dengan berbagai sarana edukasi masyarakat dan generasi muda.
Seperti museum kemaritiman, perpustakaan bahkan pengajian keagamaan, dan terutama lagi sebagai pusat kajian sejarah Aceh.
Sehingga, kawasan ini juga menjadi kawasan tujuan wisata yang mengesankan, dan tidak menjadi kawasan wisata tutup mulut dan hidung oleh karena bau busuk yang ditebarkan dari gunungan sampah dan tinja di kompleks TPA.
"Perlu diingat sekali lagi, ini adalah kawasan utama dari kota Islam, Bandar Aceh Darussalam, bukan tempat pembuangan sampah," ujar Cek Midi.(*)