Milad Ke-41 GAM, Keharuan Hasan Tiro Menjelang Pulang ke Aceh Pascadamai

“Rakyat Aceh mesti tahu sejarah, sebab tanpa perjuangan tersebut, tidak akan mungkin bagi kita bisa membina hubungan dengan negara-negara lain."

MURIZAL HAMZAH
Wartawan Serambi Indonesia, Zainal Arifin M Nur bersama Deklarator GAM Tgk Hasan Muhammad Ditiro, di Hotel Concorde, Shah Alam, Malaysia, 5 Oktober 2008. 

Tgk Hasan Ditiro terlihat masih cukup bugar di usianya yang sudah menginjak kepala delapan (83 tahun).

(Baca: Milad Ke-41 GAM, Begini Kisah Pertama Kali Hasan Tiro Pulang ke Aceh Setelah 25 Tahun di Amerika)

(Baca: Milad ke-41, Senator Aceh Bilang Eks GAM Harus Bersatu)

Baca: Besok Milad ke-41 GAM, Ini Imbauan dan Penegasan Polda Aceh

Wali yang tampil rapi dengan balutan jas hitam dipadu dasi warna maron keluar dari ruangan kamarnya tanpa harus dituntun atau dipapah oleh orang lain.

Sementara itu, Dr Zaini Abdullah yang mendampingi Wali mengulas panjang lebar tentang perjuangan panjang GAM yang sudah berusia sekitar 30 tahun sejak 4 Desember 1976 hingga tercapainya perjanjian damai Helsinki 15 Agustus 2005, yang difasilitasi CMI, serta didukung oleh negara-negara Uni Eropa, Asean, serta negara-negara lainnya.

“Bencana tsunami yang membuat sekitar 250 rakyat Aceh menjadi syuhada, seakan menjadi sebuah tanda agar kita kembali merajut perdamaian yang sudah diprakarsai oleh GAM dengan Pemerintah Indonesia sejak beberapa tahun sebelumnya,” kata Zaini Abdullah.

Dikatakannya, dengan adanya perdamaian ini rakyat Aceh sudah merajut kembali kehidupan baru dalam suasana damai untuk mencapai kesejahteraan.

“Perdamaian ini mesti kita jaga, seperti ibarat bunga yang sentiasa harus kita siram, oleh kedua pihak. Yang paling utama adalah orang Aceh harus memelihara perdamaian ini, tapi jangan sampai kita melewati batas sehingga menjadi takabur,” katanya.

Zaini Abdullah juga mengingatkan agar seluruh rakyat Aceh, terutama para mantan kombatan GAM, agar selalu mengutamakan kepentingan rakyat banyak dalam kehidupan sehari-hari.

“Jangan sampai mengutamakan kepentingan pribadi, apalagi sampai terlibat dalam kasus-kasus kriminalitas sehingga bisa mengganggu perdamaian. Jadi kita semua harus bisa menjaga diri dan memelihara perdamaian agar abadi, sehingga cita-cita kita akan tercapai,” katanya dan terlihat Tgk Hasan Tiro mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda mengiyakannya.

Nyaris putus asa

Pertemuan Serambi bersama dua wartawan dari Aceh lainnya masing-masing Murizal Hamzah dari The Globle Journal dan Yuswardi A Suud dari Acehkini, adalah buah perjuangan keras selama dua hari setelah kami tiba di Malaysia pada, Sabtu (4/10/2008) sore.

Harapan kami untuk berjumpa langsung dengan Tgk Hasan Ditiro nyaris pupus ketika kami memperoleh kabar bahwa Wali tidak diagendakan untuk melakukan pertemuan terbuka dengan masyarakat Aceh di Malaysia.

Bahkan, pada Sabtu malam kami sampai berputar-putar selama beberapa jam untuk mencari tempat penginapan Wali bersama rombongannya dari Swedia.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved