Kupi Beungoh

Pemimpin Serakah, Refleksi Jelang Pemilukada 2018

Beliau adalah sosok yang patut kita contohkan untuk memperbaiki diri seorang pemimpin dan untuk membahagiakan rakyatnya.

Editor: Zaenal
IST
Hendra Kurniawan 

Oleh : Hendra Kurniawan

ALLAH menciptakan manusia sebagai khalifah (pemimpin), paling tidak memimpin untuk kepribadian (syakhsiah) diri sendiri yang islami.

Dalam sejarah manusia, pelopor pertama yang menjadi pemimpin adalah Nabi Adam AS, karena beliau manusia pertama yang diciptakan Allah SWT.

Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruh personalia atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi kondisi tertentu.

Kepemimpinan dalam kehidupan sosial, terjadi hubungan timbal balik atau interaksi antara pihak yang memimpin maupun pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama dengan berbagai cara.

Dengan cara memotivasi yang dipimpinnya maupun mempengaruhi sejumlah sejumlah karakteristik yang dipimpinnya agar mencapai sesuatu yang diinginkan bersama, yaitu “keinginan yang diridhai Allah SWT”.

Islam mengajarkan seseorang pemimpin harus mempunyai kriteria pemimpin yang bersifat amanah, adil, dan musyawarah.

Hal ini ditempuh untuk mencapai kepemimpinan yang diridhai oleh Allah SWT.

(Baca: Kunjungan Wisatawan Lokal ke Taj Mahal Mulai Dibatasi, Ini Sebabnya)

Tentunya semua orang menginginkan pemimpin yang mempunyai kriteria tersebut, baik dari ungkapan maupun batinnya.

Yaitu pemimpin yang bebas dari korupsi kolusi dan nepotisme untuk mencapai konsep clean government (pemerintahan bersih) di negara ini.

Refleksi tipikal kepemimpinan di atas, dapat kita contoh dari kisah seseorang pemimpin yang pemberani dan tegas dalam mengambil keputusan yang bijaksana, seperti Umar Bin Khattab.

Beliau adalah sosok yang patut kita contohkan untuk memperbaiki diri seorang pemimpin dan untuk membahagiakan rakyatnya.

Ada beberapa wasiat Umar semasa hidupnya, antara lain;

Pertama; Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.

Kedua; Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.

Ketiga; Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah ALLAH SWT. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain ALLAH SWT.

Keempat; Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.

Kelima; Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.

Keenam; Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

Dalam wasiat di atas sudah sangat jelas, bahwa apa pun yang akan kita lakukan, maka kita perlu merasakannya terlebih awal.

Artinya, ketika pemimpin ingin memperkaya dirinya sendiri, maka perkayakan dulu rakyatnya, dengan berbagai kesempatan pelayanan yang berbentuk kesejahteraan bagi rakyatnya.

“Setiap butir beras yang jatuh ke tanah akan sangat berharga bagi yang membutuhkannya”.

Itu artinya “sebutir beras yang tidak ada harganya bagi kita yang mempunyai segudang beras. Akan tetapi itu sangat berharga bagi orang yang mempunyai segudang sekam yang tak bisa dipergunakannya untuk kebutuhannya sehari-hari”.

Dan itu perumpamaan jika pemimpin yang tidak menjalankan pimpinannya sesuai perintah Allah SWT.

(Baca: 4 Pembunuh Paling Kejam dan Sadis di Dunia, Satu Diantaranya Berasal dari Indonesia)

Pemimpin di Aceh

Dalam konteks Aceh, khususnya di tiga daerah yang akan menjelang pemilukada, maka tentu sangat perlu memerhatikan wasiat Umar Bin Khattab ini.  

Apabila kita tidak jeli dalam memilih, bisa jadi kursi kepemimpinan mengantarkan kita pada kejahilan, kezaliman, penindasan, kefakiran, kemiskinan, dan lainnya.

Mengapa seperti itu? Karena seorang pemimpin adalah tokoh pertama pemegang kendali gerak kemana rakyat dan bangsa maupun daerah yang akan digulingkan serta diarahkan. Ke baratkah? Ke timurkah? Ke jurangkah? Atau kemuliaan dan kebahagiaan.

Secara rasional (logika) bisa kita jelaskan bahwa kepatuhan rakyat kepada pemimpin yang zalim dan serakah akan mengakibatkan rakyatnya sendiri digiring kepada kesengsaraaan dan kehinaan bahkan akan terjadi kemiskinan di mana-mana.

(Baca: Aisyah Bahar - Gadis Lulusan Cumlaude Unhas yang Meninggal saat Tadarus Al-Quran dan Puasa Sunah)

Bahkan berakibat fatal dalam sebuah daerah untuk memajukan daerah tersebut.

Ini bisa dibuktikan dalam sepanjang sejarah sejak adanya manusia di muka bumi ini akan terus berulang secara regenerasi.

Kenyataan inilah yang berakibat datangnya berbagai musibah (bala) dan malapetaka bagi umat, melalui berbagai fenomena, baik fenomena sosial (seperti; konflik, perang suku, dll) maupun fenomena alam (gempa dan tsunami, banjir bandang).

Seorang pemimpin yang serakah, dapat menyengsarakan hidup rakyatnya secara lahir batin.

Pemimpin yang serakah dan para pendukungnya, serta yang pemilih pemimpin tersebut, berarti mereka telah berada pada golongan yang dimurka oleh Allah SWT.

Dosanya tak terampuni kecuali mereka mampu membahagiakan dari tetesan air mata dan jerit tangisan batin rakyatnya sendiri, memberantas kefakiran yang sedang dihadapi rakyatnya, dan mampu menyelamatkan rakyatnya dari kemurtadan dan kemaksiatan yang disebabkan oleh kemiskinan.

Pemimpin serakah merupakan pemimpin yang dilabelkan oleh rakyatnya. Ia adalah manusia yang haus akan duniawi dan tidak puas dengan apa yang sudah dimiliki.

Ia selalu menguras hak milik rakyat, hanya untuk memenuhi keinginannya dan memperkaya diri sendiri.

Jadi jelang pemilukada ini, sudi kiranya kita semua sama-sama bisa timbang menimbang dalam memilih calon pemimpin yang mempunyai kriteria sesuai dengan ajaran Islam.

Mudah-mudahan dengan segenap pemikiran keislaman kita dapat menghantarkan kita semua ke jalan yang diridhai Allah SWT. Aamiin.

* Penulis, Hendra Kurniawan, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah&Komunikasi UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved