Mengenang Daoed Joesoef - Profesor yang Pilih Kuliah ke Perancis ketimbang Amerika, Ini Alasannya
Daoed memilih ke Perancis karena dia ingin memperdalam ilmu filsafat sekaligus pengetahuan tentang ekonomi sosial.
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef, meninggalkan kesan tersendiri di mata kerabatnya.
Mantan Menteri Kabinet Pembangunan III (1978-1982) itu telah berpulang di usianya yang menginjak 91 tahun pukul 23.55 WIB pada hari Selasa (23/1/2018) di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan.
"Ada kenangan ketika lulus sekolah dari Sorbonne University tahun 2005, November saya datang ke rumah Prof Daoed untuk diskusi," kata Komisaris BRI Rofikoh Rokhim yang sekaligus ekonom Universitas Indonesia (UI) melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Rabu (24/1/2018) pagi.
Rofikoh yang juga alumnus Sorbonne University Perancis ini menceritakan, Daoed memutuskan hal yang berbeda dengan rekan dosen lain di Fakultas Ekonomi UI yang kala itu memilih Amerika Serikat untuk memperdalam ilmunya.
Daoed memilih ke Perancis karena dia ingin memperdalam ilmu filsafat sekaligus pengetahuan tentang ekonomi sosial.
Dalam kenangan Rofikoh, Daoed sangat fasih berbahasa Perancis dan kondisinya selalu sehat. Rahasia di balik kesehatan Daoed, ucap Rofikoh, tidak lain karena selalu belajar dengan membaca dan menuangkan pikirannya melalui tulisan-tulisan.
"Menurut beliau, dia sehat karena selalu iqra alias membaca dan diskursus atas ide-ide para filsuf yang dikaitkan dengan kondisi terkini," tutur Rofikoh.
Rofikoh juga mengingat dengan jelas Daoed punya ingatan yang tajam, nampak dari hasil-hasil tulisannya dan ketika membahas apa yang sudah dia tuangkan menjadi artikel.
Pesan yang paling diingat Rofikoh dari seorang Daoed adalah untuk membaca tentang filsafat dan romance, di samping membaca text book serta jurnal.
"Itu untuk melatih pemikiran mendasar dan luwes. Katanya, jangan lupa juga membaca media agar update. Selamat jalan, Prof!" ujar Rofikoh.
(Baca: Seluruh Masyarakat Indonesia Bisa Lihat Gerhana Bulan Total pada 31 Januari 2018)
(Baca: Hendak Memancing Ikan, Nelayan Aceh Utara Temukan Bom di Bibir Pantai)
Daoed lahir di Medan, Sumatera Utara, pada 8 Agustus 1926. Ia menempuh pendidikan di HIS, Medan (1939); MULO-Tjuu Gakko, Medan (1944); SMA, Yogyakarta (1949); Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Jakarta (1959); Program Master, Universite de Paris I, Pantheon-Sorbonne, Perancis (1969); Doctorat de L'Universite, Universite de Paris, Perancis (1965); Docteur d'Etat es Sciences Economiques, Universite de Paris I, Pantheon-Sorbonne, Perancis (1973).
Rencananya, jenazah akan dimakamkan di Pemakaman Giri Tama, Bogor, Jawa Barat. Almarhum meninggalkan seorang istri, Sri Sulastri; seorang anak, Sri Sulaksmi Damayanti, menantu, dan dua orang cucu.
Tak Mau Dibawa ke Rumah Sakit Sebelum Rayakan Ulang Tahun Cicitnya
Menantu Daoed, Bambang Pharmasetiawan, menjelaskan, sebuah ring sudah dipasang di jantung Daoed sejak ia berusia 73 tahun.
Awalnya, kata Bambang, Daoed sangat memerhatikan kesehatannya. Tak heran, kondisinya masih terlihat prima saat memasuki usia 90 tahun.
"Namun akhir-akhir ini, terutama setelah Beliau menyelesaikan bukunya November 2017 lalu, Beliau itu susah sekali dinasihati," ujar Bambang di rumah duka, Jalan Bangka VII, Jakarta Selatan, Rabu (24/1/2018).
Puncaknya, pada 1 Januari 2018, kondisi kesehatan Daoed menurun. Namun, ia menolak untuk dirawat di rumah sakit.
Daoed meminta agar ia dirawat di rumah saja. Permintaan itu terpaksa dituruti keluarga.
Ulang tahun Cicit
Keluarga baru berhasil membawa Daoed ke rumah sakit pada 20 Januari 2018, seusai merayakan ulang tahun ke-1 cicitnya, Natasha.
"Beliau enggak mau dibawa ke rumah sakit karena mau merayakan ulang tahun cicitnya. Nah setelah selesai perayaan, sorenya baru Beliau mau dibawa ke rumah sakit," ujar Bambang.
Daoed memang sayang sekali kepada cicitnya. Ia sering mengungkapkan bahwa tak menyangka bisa melihat cicit semasa hidup. (*)
Berita ini sudah tayang di Kompas.com berjudul: Mengenang Daoed Joesoef, Profesor yang Pilih Kuliah ke Perancis ketimbang AS