Politisi Demokrat Sindir Kubu PDIP yang Tidak Demo dan Menangis Saat BBM Naik Lagi

Kadiv Advokasi dan Hukum DPP P. Demokrat, Ferdinand Hutahaean menuliskan sindirannya kepada sejumlah politisi PDIP

Editor: Muhammad Hadi
Foto: TribunWow.com
Politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean (kiri) dan kader PDIP, Puan Maharani 

SERAMBINEWS.COM - Kubu Partai Demokrat dan PDIP sempat terlibat saling tuding setelah mantan ketua Partai Golkar, Setya Novanto membeberkan nama-nama politisi dalam sidang kasus e-KTP.

Terdakwa kasus korupsi pengadaan kartu tanda penduduk berbasis elektronik (e-KTP) Setya Novanto menyebut ada uang hasil korupsi yang mengalir kepada dua politisi PDI Perjuangan, yakni Puan Maharani dan Pramono Anung.

Menurut Novanto, keduanya masing-masing mendapatkan 500.000 dollar Amerika Serikat.

Baca: Wow Harga BBM Naik Lagi, Ini Daftar Harganya Dari Aceh Hingga Papua

Hal itu dikatakan Novanto saat sidang pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (22/3/2018).

"Bu Puan Maharani Ketua Fraksi PDI-P dan Pramono adalah 500.000. Itu keterangan Made Oka," kata Setya Novanto kepada majelis hakim.

Tapi kubu PDIP justru membantah karena kala itu mereka sebagai oposisi dan yang sedang berkuasa Susilo Bambang Yudhoyono dari Partai Demokrat.

Baca: Protes Premium Langka dan BBM Naik Diam-diam, Ratusan Mahasiswa Kaltim Dorong Sepmor ke Kantor DPRD

Ternyata hal ini membuat kubu Demokrat berang karena menyeret nama partainya.

Kini giliran kubu Demokrat yang menyindir politisi PDIP terkait kenaikan harga BBM.

Kadiv Advokasi dan Hukum DPP P. Demokrat, Ferdinand Hutahaean menuliskan sindirannya kepada sejumlah politisi PDIP.

Dilansir TribunWow.com, melalui akun Twitter pribadinya@LawanPoLitikJKW, yang ia tuliskan pada Minggu (925/3/2018).

Diketahui, pada Sabtu (24/3/2018) Pertamina menaikan harga pertalite dan solar non-subsidi.

Baca: Kebakaran Saat Listrik Padam, Rumah Pedagang BBM Ludes, Satu Mobil Pemadam tak Bisa Lewati Jembatan

Untuk wilayah DKI Jakarta, harga solar non subsidi pada 24 Maret 2018 naik Rp 200/liter menjadi Rp 7.700/liter.

Harga solar non subsidi sebelumnya sebesar Rp 7.500/liter.

Sebelumnya mereka menaikkan harga BBM Umum Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.

Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito membantah kenaikan harga Pertalite dilakukan demi menutup potensi kerugian yang didapat Pertamina akibat menanggung selisih harga solar subsidi dan premium.

Dia menegaskan kenaikan harga tersebut didasari adanya kenaikan harga minyak dunia.

"Iya, karena harga minyak dunia," kata Adiatma, Minggu (25/3/2018) yang dilansir dari Kontan.id.

Baca: Harga BBM dan Listrik tak Naik Hingga Maret 2018, Bagaimana Setelahnya? Ini Penjelasan Menteri ESDM

Menurutnya, perhitungan BBM penugasan seperti premium ataupun BM tertentu seperti solar subsidi berbeda dengan perhitungan BBM umum seperti pertamax series dan pertalite.

"Menghitungnya tidak menyilang begitu," ujarnya.

Meski demikian, Adiatma tidak mau merinci perhitungan tersebut.

Pastinya hingga Januari-Februari 2018 Pertamina telah mengakui adanya potensi kerugian sebesar Rp 3,9 triliun.

Akibat menanggung selisih harga solar subsidi, premium di Jawa Madura Bali (Jamali) dan premium penugasan luar Jamali.

Hingga akhir tahun, Pertamina memproyeksi ada potensi kerugian sebesar Rp 24 triliun.

Baca: Ternyata di Papua Harga BBM Turun Saat Jokowi Blusukan, BBM Naik Lagi Setelah Presiden Pulang

Menanggapi adanya kenaikan harga BBM Partalite itu, Ferdinand Hutahaean memberikan sindirian kepada PDIP yang tampak diam menanggapi kenaikan BBM.

Ferdinand membandingkan, aksi Puan Maharani ketika pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan BBM dan saat itu Puan membuat puisi hingga berurai air mata.

Hal itu bermula dari cuitan netizen "Akhirnya PDIP turun ke jalan tolak kenaikan BBM Bhkn puan sampai nangis2 dg berpuisi & bikin buku(Itu Doeloe)#hey2"

Melihat cuitan itu, Ferdinand menanggapi jika saat ini PDIP lebih memilih diam.

"Luar biasa pdip berani demo kenaikan harga bbm  itu dulu

Tapi sekarang mingkem dan menjadi pendukung kenaikan harga bbm".

Baca: Mahasiswa Demo Tolak Kenaikan Harga BBM dan Listrik

Netizen yang melihat cuitan tersebut sontak meninggalkan komentar:

@zy_zzzz: Dl demo kan hanya utk pencitraan atas nama partai wong cilik.

@Linden_Dollar: iya krn yg naik skrg BBM MON SUBSIDI. dulu PDIP demo krn yg naek bbm subsidi.

@ekosnrd: Lah..Demokrat ayo dong demo..Oposisinya siapa sih?.

Rincian kenaikkan Pertalite 

Berikut ini rincian lengkap harga BBM Pertalite per liter, terbaru dirangkum dari lama resmi Pertamina.

1. Prov. Nanggroe Aceh Darussalam (Rp 7.800).

2. Prov. Sumatera Utara (Rp 7.800).

3. Prov. Sumatera Barat (Rp 7.800).

4. Prov. Riau (Rp 8.150).

5. Prov. Kepulauan Riau (Rp 8.150).

 6. Kodya Batam (FTZ) (Rp 8.150).

7. Prov. Jambi (Rp 8.000).

8. Prov. Bengkulu (Rp 7.800).

9. Prov. Sumatera Selatan (Rp 8.000).

10. Prov. Bangka Belitung (Rp 8.000).

11. Prov. Lampung (Rp 8.000).

12. Prov. DKI Jakarta (Rp 7.800).

13. Prov. Banten (Rp 7.800).

14. Prov. Jawa Barat (Rp 7.800).

 15. Prov. Jawa Tengah (Rp 7.800).

16. Prov. DI Yogyakarta (Rp 7.800).

17. Prov. Jawa Timur (Rp 7.800).

18. Prov. Bali (Rp 7.800).

19. Prov. Nusa Tenggara Barat (Rp 7.800).

Baca: Nelayan Aceh Tamiang Mengeluh Sulit Memperoleh BBM

20. Prov. Nusa Tenggara Timur (Rp 7.800).

21. Prov. Kalimantan Barat (Rp 8.000).

22. Prov. Kalimantan Tengah (Rp 8.000).

23. Prov. Kalimantan Selatan (Rp 8.000).

24. Prov. Kalimantan Timur (Rp 8.000).

25. Prov. Kalimantan Utara (Rp 8.000).

26. Prov. Sulawesi Utara (Rp 8.000).

27. Prov. Gorontalo (Rp 8.000).

28. Prov. Sulawesi Tengah (Rp 8.000).

29. Prov. Sulawesi Tenggara (Rp 8.000).

30. Prov. Sulawesi Selatan (Rp 8.000).

31. Prov. Sulawesi Barat (Rp 8.000).

32. Prov. Maluku (Rp 8.000).

33. Prov. Maluku Utara (Rp 8.000).

34. Prov. Papua (Rp 8.000).

35. Prov. Papua Barat (Rp 8.000).

Penulis: Woro Seto

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved