Begini Kondisi Makam Raja dan Benteng Kerajaan Trumon di Aceh Selatan

Makam Raja dan Benteng Kerajaan Trumon yang sudah berusia ratusan tahun kini termakan usia dan butuh pemugaran

Penulis: Taufik Zass | Editor: Muhammad Hadi
Makam Kerajaan Trumon yang berlokasi di Desa Keude Trumon, Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, Rabu (3/28/2018) 

Laporan Taufik Zass | Aceh Selatan

SERAMBINEWS.COM, TAPAKTUAN - Makam dan Benteng Kerajaan Trumon yang berlokasi di Desa Keude Trumon, Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan saat ini kondisinya cukup memprihatinkan.

Makam Raja dan Benteng Kerajaan Trumon yang sudah berusia ratusan tahun kini termakan usia dan butuh pemugaran.

"Trumon banyak berbagai situs cagar budaya, salah, seperti Benteng peninggalan Raja Trumon, Batu Berukir, Meriam, Mata Uang, Bendera (Alam Keramat), silsilah yang sangat panjang, juga sebuah surat yang bertulisan bahasa Belanda saat Teuku Raja Nasruddin Raja Negeri Trumon," kata T Raja Aceh, cucu dari Raja Trumon yang juga sebagai pemelihara situs cagar budaya yang ada di Trumon kepada Serambinews.com, Rabu (28/3/2018).

Baca: Heboh Bendera Diduga Milik Kerajaan Aceh di Trumon, Netizen: Itu Bendera Trumon

Benteng Kerajaan Trumon yang berlokasi di Desa Keude Trumon, Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, Rabu (3/28/2018)
Benteng Kerajaan Trumon yang berlokasi di Desa Keude Trumon, Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, Rabu (3/28/2018) ()

Dikatakannya, masih banyak yang lainya peninggalan Kerajaan Trumon yang sampai saat ini belum terangkat ke permukaan.

Karenanya, T Raja Aceh menyampaikan harapan kepada Pemerintah Aceh Selatan yang selama ini mengurus Makam Raja Trumon jangan hanya setengah tengah.

"Karena hal ini sudah pernah disampaikan pada Dinas Pariwisata dari tahun 2009, juga pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Karena keberadaan pohon beringin yang sangat besar di lokasi makam tersebut bisa membongkar keseluruhan makam yang ada di dalamnya," papar T Raja Aceh.

Baca: Banjir Trumon Bikin Kelapa Jadi Barang Langka di Aceh Tenggara

Dalam kesempatan itu, Raja Aceh juga menyampaikan harapan kepada Pemerintah Aceh dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Aceh untuk benar benar serius dalam mengurus situs cagar budaya yang ada diwilayah Provinsi Aceh.

"Kami dari keluarga Kerajaan Trumon sangat berharap perhatian serius dari Pemerintah dalam hal pemugaran situs sejarah yang ada di wilayah Trumon ini," pungkasnya.

Sebagai mana dikutip dari laman Google, asal usul Raja Kerajaan Trumon, berasal dari Asia kecil atau dari rumpun suku-suku Bangsa Arab.

Baca: Banjir di Trumon, Lalu Lintas Banda Aceh-Subulussalam Lumpuh Total, Perahu Karet Jadi Pilihan

Menurut silsilah Ja Thahir berasal dari Baghdad dan hijrah ke Timur dan menetaplah di Bate Pidie (Aceh).
Ja Thahir mempunyaI beberapa orang anak, diantaranya bernama Ja Abdullah (DULLAH) juga menetap di Batee Pidie.

JA Abdullah mempunyai anak di antara lain JA Johan. JA Johan ini menetap di Tanoh Abee, Seulimum, mempunyai anak di antara lain Tengku Jakfar salah seorang dari murid Tengku di Anjong di Pelenggahan.

Setelah selesai (tamat) dari belajar agama islam, Tengku Jakfar di suruh oleh guru beliau untuk berangkat kesebelah Barat Aceh.

Mula-mula Tengku Jakfar menetap di Unjong Seurangga Susoh. Di sini beliau mengajar Agama Islam dan mendapat gelar Labai, juga di kenal dengan labai Jakfar.

Baca: Pria Asal Trumon Tusuk Wanita Pelayan Warung Nasi di Lambhuk Dengan Gunting dan Pecahan Gelas

Di sini beliau tidak berapa lama dan melanjutkan perjalanan sampai ke daerah Singkil, dan menetap di sini.

Atas rahmat Allah Tengku Jakfar membuka negeri yang disebut Paya Bombong. Kemudian Tengku Jakfar membuka perkebunan lada (merica) pada suatu dataran sebelah utara singkil yang kemudian disebut Trumon.

Negeri yang baru dibuka ini mulai ditata sejak tahun 1780 M dan beliau yang menjadi pengusaha pertama sebagai Raja di negeri tersebut dengan nama "Kerajaan Trumon".

Baca: Jembatan Penghubung Jambo Papeun-Cot Bayu di Trumon Memprihatinkan

Tengku Jakfar juga bergelar Teuku Raja Singkil, tapi biasa di sebut Teuku Singkil yang lebih populer. Beliau meninggal di Trumon dalam tahun 1812 M.

Dalam tahun 1940 Charda Gubernur Jenderal yang terakhir dari Hindia Belanda dari Batavia datang ke Trumon menemui Teuku Raja Husin.

Tujuan kedatangan Gubernur Jenderal tersebut untuk memberi kemerdekaan penuh kepada Negeri Trumon sebagai kerajaan berdaulat, terlepas dari pengaruh pemerintahan Hindia Belanda.

Baca: Ini Peran Kerajaan Trumon Pada Masa Kerajaan Aceh

Bendera diduga kuat peninggalan Kerajaan Aceh di Trumon
Bendera diduga kuat peninggalan Kerajaan Aceh di Trumon (MAPESA)

Tapi Teuku Raja Husen tidak menerimanya sebab ia sudah mengadakan filling terlebih dahulu dengan rekan beliau Teuku Nyak Arif di Kuta Raja.

Teuku Raja Husen bersedia menerima kemerdekaan, bila seluruh Aceh dimerdekakan. Gubernur Jenderal Charda berjanji “Untuk seluruh Aceh diberikan sesudah perang di Eropah selesai”.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved