VIRAL, Video Santriwati Dayah di Aceh Baca Puisi “Sukma Fana dan Mati”

hingga Jumat (6/4/2018), video tersebut telah mencatat 35 ribu tayangan, 1,2 ribu tanggapan dan 1.554 kali dibagikan.

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Capture video
Santriwati Dayah Darul Ihsan membaca puisi "Sukma Fana & Mati" 

“Saya tulis 30 menit di kantor guru,” kata pria yang mengajar kitab Fiqh dan Aqidah pada dayah tersebut.

(Baca: Nyak Sandang Pulang, Disambut Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan Ratusan Warga di Bandara SIM)

(Baca: Nyak Sandang Menangis Haru Saat Naik dan Masuk ke Pesawat Seulawah RI-001 di Jakarta)

Mustafa memaparkan, keinginan dirinya membuat puisi itu muncul setelah menonton video puisi Sukmawati Soekarnoputri.

“Jadi ini untuk melawan dan balasan puisi Sukmawati yang kami anggap menista agama Islam. Bagi kami, puisi dibalas puisi. Perempuan dibalas oleh perempuan. Walaupun cucu dengan nenek,” kata dia.

(Baca: Gelar Aksi, Lintas Ormas di Banda Aceh Minta Polisi Segera Adili Sukmawati Soekarnoputri)

Dalam bait-bait puisi itu, kata Mustafa, dia juga mengingatkan Sukmawati dan berbagai pihak lainnya di Indonesia, tentang peran perempuan Aceh yang memakai cadar dalam menyumbang uang untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.

“Juga untuk diketahui oleh Sukmawati bahwa suara azan dan syariat adalah lokomotif pengerak dan pembakar semangat juang muslim Aceh dalam melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia,” kata dia.

Setelah puisi itu selesai dibuat, kata Mustafa, dia memanggil Arrahmani, santriwati yang telah mengukir prestasi dalam bidang puisi.

“Setelah saya kasih nampak bait-bait puisi, Arrahmani setuju membacanya dan ia mengajak teman-teman, dengan alasan agar suaranya lebih membahana. Saya bilang, tapi ini ada resiko, tapi mereka tetap setuju,” kata Mustafa.

(Baca: Meski Sudah Minta Maaf, Muslimah Aceh Inginkan Hukuman untuk Sukmawati Soekarnoputri Tetap Jalan)

“Saya bilang, semua konten bait puisi saya tanggung jawab, kalian pembaca saja. Oke, siap ustaz, jawab mereka,” imbuh Buya Woyla.

Karena lihai berpuisi, lanjut Mustafa, para santriwati ini cepat menghafal, menentukan nada dan intonasi, serta hal lain yang dianggap perlu.

“Bahkan ada beberapa bait mereka minta saya revisi karena kurang tepat dengan ilmu mereka dalam puisi,” ujarnya.

Berikut video dan transkrip lengkap puisi dimaksud.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved