Opini
UNBK .
UJIAN Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang disebut juga CBT (Computer Based Test) adalah sistem pelaksanaan Ujian
Sebagai bukti bahwa UN masih “sakti mandraguna”, penulis ingin menelisik kebiasaan aneh yang menggelikan hati ini. Satu upaya pembodohan yang terstruktur, sistematis dan massif, yaitu beberapa ritual yang sering dilakukan oleh orang yang sudah mengkukuhkan dirinya sebagai pendidik tersebut. Di Pulau Jawa, misalnya, guru mengajak muridnya berziarah ke makam Sunan Kudus untuk mencari berkah agar lulus ujian. Sedangkan di Bogor dan Semarang, ada sekolah yang mengundang motivator dan psikolog untuk mempersiapkan mental dan semangat siswa (Tribunnews.com, 2017).
Cerita-cerita menarik tentang ritual persiapan para pelajar menjelang UN memang menggelitik. Dulu, di beberapa daerah, misalnya di Jambi dan Demak, Jawa Tengah, ada ritual siswa mencuci kaki ibu sebelum mengikuti ujian. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun. Konon ritual ini masih dilestarikan hingga kini. Berbagai ritual itu sepertinya ada yang dilakukan secara individual, ada juga yang dilakukan secara kolektif atau massal. Dari yang lazim hingga yang sedikit mengherankan. Jambi ada ritual tahunan yaitu mencuci kaki ibu dari perserta UN tersebut (Kompas, 2016).
Lain di daerah orang, lain pula di Aceh. Provinsi yang kental dengan syariat Islam ini juga tidak mau kalah dalam melakukan ritual demi suksesnya UN, katanya. Doa bersama dalam bentuk zikir dan istighasah sudah menjadi kegiatan rutinitas tahunan pra-UN. Lalu apa salahnya kita zikir, kan sesuatu ibadah kepada Allah, sering orang nyelutuk demikian. Zikir tidak salah karena merupakan kebutuhan kerohanian kita sebagai umat beragama Islam.
Akan tetapi, yang jadi masalah adalah ketika zikir dilaksanakan pada waktu tertentu yang mengakibatkan penafsiran yang keliru nantinya. Ritual mendadak tersebut disalahartikan sebagai satu upaya mengkultuskan sesuatu yang jelas-jelas dilarang dalam agama kita Islam. Upaya penggiringan tersebut terus berlanjut sampai hari ini, seakan tidak ada itikat untuk menghentikannya. Hal ini sesuai dengan peraturan baru yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.
Akhirnya, kita mengharapkan mudah-mudahan kegaduhan UN tidak terus berlanjut. Efek negatif terhadap psikologis anak juga jangan sampai berkempanjangan. Toh, UNBK hanya untuk melihat sejauhmana keberhasilan pemerintah dalam menggenjot pendidikan Nasional setiap tahunnya. Jangan sampai UNBK menjadi momok yang menakutkan bagi peserta didik nantinya, “ujian nyata berhasil kagak”. Nah!
* Qusthalani, S.Pd, M.Pd., Ketua IGI Aceh Utara, inisiator Forum Menulis Cek Gu Aceh Utara, Guru SMAN 1 Matangkuli Aceh Utara. Email: qus_fs04@yahoo.co.id