Cerita Reformasi Birokrasi Ala Sekdes Pondok Gajah, Jamin Surat Selesai dalam Dua Menit
"Di Jakarta, berapa lama dibutuhkan waktu mengurus selembar surat desa? Di Pondok Gajah ini cukup dua menit,"
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Yusmadi
"Kalau butuh surat, saya tinggal print, jadi 'barang tu," katanya dalam logat "sedikit" Medan. Itulah sebabnya, proses pengurusan surat sangat cepat di desa itu.
"Jangan liat luarnya ya. Soalnya, gigi saya ompong dan kurang gaya," katanya berkelakar. Ia pandai berbicara dan senang bercanda.
Baca: Menanti Birokrasi Syariah
Desa Pondok Gajah Bener Meriah dihuni 395 kepala keluarga (KK) atau 1.435 jiwa.
Sebagai Sekdes yang rapi dan teliti, Pak Ucok tahu betul kondisi warga. Termasuk anak yang baru lahir atau ada yang meninggal dunia. Ia selalu memperbaharui datanya.
"Penduduk di sini 86 persen etnis Jawa. Selebihnya Gayo, Aceh, Batak dan lain-lain," kata Pak Ucok.
Usianya 58 tahun.
Pertama sekali menjejakkan kaki di Tanah Gayo pada usia 20 tahun. Ia datang ke Gayo karena "patah hati" di Medan.
Ia memulai kehidupan baru, sebagai petani dan bekerja apa saja. Setelah empat tahun di Gayo, Pak Ucok pernah balik ke Medan, tapi tak lama.
Bayangan Gayo kembali muncul di benaknya dan membuatnya kembali ke Bener Meriah. Sejak itu, ia memutuskan tinggal dan menjadikan Gayo sebagai tanah kelahiran kedua.
Menikah dengan perempuan Gayo, dikaruniai empat anak. Tertua sudah sarjana ekonomi dan bekerja.
Ia diangkat sebagai Sekdes pada 2007, berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).
"Saya dulu pernah tukang nyinso dan petani tomat," kataya tentang masa lalu.
Baca: Puasa, Momentum Reformasi Birokrasi
Ia bangga menetap dan tinggal di Gayo. Kehidupan masyatakat aman dan tenteram. Tak ada pengemis dan peminta-minta. "Ini tanda warga makmur," ujarnya.