Mengenal Rudal, Senjata Perang Asimetris yang Bisa Menghantam Sasaran Secara Presisi

Sementara di darat, rudal akan memudahkan pasukan kavaleri menjebol garis depan kekuatan lawan.

Baca: Punya Bisnis di Era Digital, Begini Cara Efektif Mengembangkannya

Baca: Satu Korban Terbakar Sumur Minyak Ranto Peureulak Dirujuk ke RSUD Cut Meutia

Kepintaran para insinyur Jerman dalam upaya pengembangan senjata pun membuka wawasan para insinyur Barat.

Kehebatan Fritz secara tak tertahankan segera memicu mereka untuk bisa membuat rudal-rudal yang jauh lebih canggih.

Mereka giat melakukan percobaan dan selalu mencari pemecahan setiap kali menemukan kelemahan dari sebuah rudal yang baru saja diciptakan.

Di lain pihak lawan berhasil menciptakan penangkalnya.

Pamor Fritz sendiri langsung tenggelam tak lama setelah Jerman kalah terhadap Sekutu pada Mei 1945.

Namun, setelah itu, meski tak ada perang yang bisa digunakan sebagai laboratorium alam, AS, Uni Soviet, Inggris, dan Perancis berhasil membuat rudal-rudal yang semakin canggih dan semakin mematikan.

Baca: Arab Saudi Akui Dibalik Serangan Udara yang Tewaskan Pemimpin Nomor Dua Pemberontak Houthi di Yaman

Baca: Jamaah Haji Indonesia Akan Terima Makan 40 Kali dan Jarak Hotel Maksimal 4,5 Km dari Masjidil Haram

Memasuki masa Perang Dingin pada dasawarsa 1970-an, perkembangan yang ada bahkan telah menggiring dunia ke dalam masa-masa yang genting dan mencekam.

Pada masa itu telah bermunculan rudal-rudal balistik pemicu kiamat berhulu ledak nuklir macam Minuteman, Titan, Poseidon, dan Trident. 

Hulu ledak rudal-rudal buatan AS ini ada yang mencapai sembilan megaton. Soviet pun tak kira-kira dalam membuat penandingnya.

Mereka menciptakan SS-11MRV, SS-13, SS-N-5, SS-N-6, dan masih banyak lagi, dengan hulu ledak rata-rata 1 megaton.