Kupi Beungoh
Menyambut Ramadhan Ala Anak Rantau, Balada di Hari Meugang
Keinginan merayakan meugang bersama keluarga, pupus karena jadwal perkuliahan belum selesai dengan hari libur yang begitu singkat diberikan.
Balada di hari Meugang
Seluruh mahasiswa atau anak rantau yang berada di perantauan sangat menginginkan berkumpul dengan keluarga di hari meugang.
Akan tetapi keinginan itu pupus karena jadwal perkuliahan belum selesai dengan hari libur yang begitu singkat diberikan.
Selain itu, karena kampung halaman yang jauh serta biaya transportasi yang lumayan menguras kantong.
Misalnya saja mahasiswa yang berasal dari Simeulue, mereka sangat sulit untuk pulang kampung berkumpul dengan keluarga.
Sebab, perjalanan untuk sampai kampung halaman dapat memakan waktu dua hari satu malam.
Ditambah lagi dengan biaya perjalanan yang begitu besar dan meberatkan.
Sehingga niat berkumpul dengan kaluarga akan ditunda pada saat menjelang lebaran saja.
Oleh karena itu mahasiswa atau anak rantau yang bertahan di kota tempat ia menuntut ilmu akan meugang dengan kerabat terdekatnya atau dengan organisasi-organisasi yang mereka ikuti.
(Baca: Perbanyak Pahala di Bulan yang Suci Ini, Inilah Doa Selama Ramadan)
(Baca: Niat Puasa Ramadhan Dibaca Sekali untuk Sebulan, Sah atau Tidak?)
Dengan demikian definisi meugang pun berubah, yaitu berkumpul dengan kerabat sambil menikmati ikan bakar (bukan lagi berkumpul dengan keluarga sambil menikmati daging yang sudah di olah dengan lezat).
Meugang dengan kerabat atau organisasi tidak semua dirasakan oleh mahasiswa atau anak rantau.
Ada pula sebagian hanya meugang dengan seorang diri, hal ini disebabkan terbatasnya teman dan transportasi yang dimiliki.
Biasanya ini dirasakan oleh mahasiswa atau anak rantau yang masih baru. Dan, ada pula anak rantau meugang sendiri karena habis duit.
Jadinya, jangankan untuk meugang (menikmati daging), untuk memenuhi kebutuhan pokok saja di hari itu masih sulit.
Menyambut Ramadhan