Harga Cabe Merah Anjlok, Bawang Merah Lokal Masih Tetap Tinggi, Ini Rinciannya
Sementara daya serap atau permintaannya dari masyarakat dan pemilik restoran dan rumah makan menurun
Penulis: Herianto | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Herianto | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Harga cabe merah, pada minggu kedua bulan puasa ini menurun dan anjlok sampai ke tingkat terendah Rp 20.000 - 18.000/Kg.
Tapi untuk komoditi bawang merah lokal, harganya masih tetap tinggi Rp 33.000 sampai Rp 35.000/Kg.
Salah seorang pedagang sayur di Pasar Lambaro, Aceh Besar, Maskur, pada saat dimintai keterangannya oleh Kadis Pertanian dan Perkebunan Aceh, A Hanan SP, MM pada hari Minggu (27/5/2018) mengatakan, harga cabe merah anjlok karena pasokannya banyak.
Sementara daya serap atau permintaannya dari masyarakat dan pemilik restoran dan rumah makan menurun.
Penurunan harga cabe merah, kata Maskur, bukan spekulasi pedagang, tapi murni karena kondisi pasar yang lesu akibat lemahnya permintaan.
Baca: Pemkab Libatkan Ulama Dayah dalam Safari Ramadhan
"Sedangkan pasokan dari daerah produsennya, seperti Tangse Pidie, Sibreh, Indra Puri Aceh Besar dan Meulaboh, Aceh Barat ke Pasar Lambaro, sangat banyak," ujarnya.
Pada pagi Minggu (27/5/2018), ungkap Maskur, ia dapat titipan atau pasokan cabe merah dari pedagang pengumpul 300 Kg.
Tapi sampai siang baru laku terjual 50 Kg, tinggal 250 Kg lagi, belum terjual. Kondisi yang sama juga dirasakan, pedagang sayur lainnya.
Ipah, pedagang sayur di lokasi yang sama menyatakan, harga cabe minggu ini jatuh dan paling rendah dari bulan puasa sebelumnya.
Puasa tahun lalu, paling jatuh harga Rp 25.000/Kg, tapi tahun ini anjlok sampai pada tingkat harga Rp 18.000/Kg. Sedangkan harga cabe rawit masih tetap tinggi Rp 28.000/Kg
Tapi, lanjut Ipah dan Maskur, untuk harga bawang merah lokal, masih tetap tinggi Rp 33.000 – Rp 35.000/Kg.
Baca: Pansus DPRA Tinjau Pelaksanaan Proyek APBA 2017, Ini Sasarannya Untuk Banda Aceh dan Aceh Besar
Sementara bawang merah impor/peking harganya rendah, berkisar Rp 13.000 – Rp 18.000/Kg.
"Bawang putih Rp 18.000/Kg, tomat relatif stabil berkisar Rp 8.000- Rp 9.000/Kg, kentang Rp 10.000/Kg," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, A Hanan SP,MM mengatakan, dirinya sangat prihatin dengan anjloknya harga cabe merah sampai pada tingkat harga Rp 18.000/Kg.
Kalau harga eceran di pasar saat ini senilai Rp 18.000/Kg, ditingkat petaninya lebih rendah lagi, mungkin hanya berkisar Rp 10.000/Kg di beli pedagang pengumpul.
Harga senilai itu, petani masih rugi. Baru ekonomis tanam cabe merah, jika harga ditingkat petaninya antara Rp 25.000 - Rp 30.000/Kg dan harga eceran Rp 35.000- Rp 40.000/Kg.
Menurut perkiraan Hanan, harga cabe merah, akan naik lagi memasuki minggu kedua dan kempat nanti.
"Alasannya, pada minggu ketiga dan keempat, di berbagai lembaga pemerintah dan desa, sudah mulai mengadakan buka puasa bersama/peringati 17 ramadhan," ujarnya.
Baca: Jalur Aceh-Medan via Subulussalam yang Putus di Buluh Didi belum Dapat Dilintasi
Kondisi itu, kata Hanan, akan membuat harga kebutuhan pertanian, seperti cabe, bawang, tomat, kentang, akan naik, dan harganya ikut naik pada harga ekonomis.
Cabe akan berada pada harga Rp 30.000 an/Kg, bawang merah lokal juga demikian Rp 35.000/Kg, bawah putih Rp 25.000/kg, tomat Rp 10.000/Kg.
Terkait masalah bawang merah, mulai tahun ini, kata Hanan, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, telah menetapkan Aceh sebagai salah satu pusat pengembangan bawang merah di luar pulau Jawa.
Tahun ini, dari sumber dana APBN, akan dikembangkan 120 hektar tanaman bawang merah di berbagai daerah.
"Kemudian bawang putih 20 hektar di Bener Meriah dan Gayo Lues masing-masing 10 hektar," ujarnya.
Baca: Truk Terjun ke Jurang Sedalam 50 Meter, Sopir Satu dan Kernet Melompat, Sopir Dua Gagal
Pusat memilih Aceh untuk menjadi salah satu pusat pengembangan bawang merah dan bawang putih, kata Hanan, karena di daerah ini terdapat areal yang sangat cocok untuk pengembangan bawang merah dan bawah putih.
Bahkan, kata A Hanan, sistem dan pola pengembangan bawang merah dan bawang putih, yang akan dilakukan pusat di Aceh, dilaksanakan melalui pola pendampingan.
Artinya, petani bawang merah dan bawang putih dari pulau Jawa, didatangkan ke Aceh untuk memberikan pelajaran kepada petani bawang merah dan bawang putih.
Ini tentang bagaimana cara bercocok tanam bawang yang ekonomis dan menguntungkan petaninya.
"Pola pendampingan itu dilakukan, kata Hanan, sampai petani bawang di Aceh, benar-benar cinta dan merasa sudah ahli dan mahir bercocok tanam bawang merah dan bawang putih kualitas bagus dan produktivitas tinggi," ujarnya.(*)