Di Balik Angka Kemiskinan Nasional

Di samping itu, garis kemiskinan justru mengalami peningkatan. Garis kemiskinan Provinsi Aceh pada Maret 2018 sebesar Rp 464.626 per kapita per bulan, meningkat dari September 2017 yang besarnya Rp 454.124 per kapita per bulan. Hal ini disinyalir dapat menggeser seseorang yang berada di sekitar garis kemiskinan dari kategori tidak miskin menjadi kategori miskin.

Di balik permasalahan tersebut, rasio gini yang menggambarkan kondisi ketimpangan justru mengalami penurunan dari 0,33 pada September 2017 menjadi 0,32 pada Maret 2018. Penurunan ini sejalan dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2018 sebesar 3,34%.

Penurunan gap antara penduduk berpendapatan tinggi dengan penduduk berpendapatan rendah dapat terjadi, walaupun sebenarnya penduduk berpengeluaran di bawah garis kemiskinan meningkat. Rendahnya rasio gini memang tidak menjamin kesejahteraan yang merata. Namun hal ini dapat menjadi satu indikator untuk mengukur seberapa jauh perbedaan pendapatan antar penduduk.

Aceh tentu dapat mengikuti jejak provinsi lain yang sebagian besar mengalami penurunan tingkat kemiskinan pada Maret 2018, dengan lebih memerhatikan daya beli masyarakat. Terlebih dengan kondisi rasio gini yang menurun 0,01% pada Maret 2018. Hal ini harusnya diikuti dengan menurunnya jumlah penduduk miskin.

Untuk menentukan jumlah penduduk miskin, terlebih dulu ditentukan batas dalam pengelompokan penduduk miskin dan penduduk tidak miskin. Hal yang paling memengaruhi besarnya garis kemiskinan adalah harga dan pilihan komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu, kemiskinan dapat diturunkan dengan meningkatkan pendapatan dan menjaga daya beli masyarakat, terutama masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. Hal ini dapat dikontrol dengan menjaga stabilitas harga, terutama untuk komoditas pangan dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

* Ismaturahmi Suhaimi, S.ST., ASN pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh Tamiang. Email: isma.suhaimi@bps.go.id