PKA 7

Nagan Raya, Hamparan Sawit dan  Kantong Budaya

Hamparan kebun sawit Nagan Raya, adalah pemandangan seluas mata memandang di kawasan Gunung Tran

Editor: bakri

Hamparan kebun sawit Nagan  Raya, adalah pemandangan  seluas mata memandang  di kawasan Gunung Tran pada lintasan  Meulaboh-Tapak Tuan.

Aroma kelapa sawit olahan tercium sangat dekat. Di perkebunan tersebut terdapat puluhan Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Keunggulan sawit ini  telah mampu mendongkrak perekonmian masyarakat.  Bupati Nagan Raya, HM. Jamin Idham, SE menyadari betul potensi itu. Ia bersama wakilnya, Chalidin Oesman, SE, MM, berusaha keras agar hasil perkebunan sawit  benar-benar mampu mengangkat derajat kesejahteraan masyarakat Nagan.

Di sisi lain, Nagan Raya juga dikenal  kantong budaya terpenting di Aceh.  Kebudayaan Nagan Raya, adalah kebudayan yang sangat kaya. Tradisi maulid raya, idang meulapeh, Rapa-i Saman dan sebagainya, merupakan produk-produk budaya yang tetap terpelihara dan terjaga. Lantas apa  langkah Pemkab Nagan membangun bidang budaya dan pariwisata, bagaimana menghadapi  kegiatan besar PKA?  Bupati HM. Jamin Idham, yang dikenal dekat dengan rakyat ini menuturkannya kepada Sa’dul Bahri dari  Serambi Indonesia. Berikut petikan percakapan tersebut.

Apakah arti PKA 7 bagi Nagan Raya?

Kabupaten Nagan Raya memiliki ragam Budaya tradisional, hingga kini terus dilestarikan, maka dengan digelar PKA 7, tentu makin melindungi warisan budaya dari gerusan zaman global.

Apa harapan Kabupaten Nagan Raya pada ajang PKA 7?

Pada perhelatan PKA 7 tahun 2018 ini Kabupaten Nagan Raya menaruh harapan besar untuk dapat meraih juara, apalagi dalam even ini Nagan Raya menghadirkan 24 item seni budaya.

Apa saja yang diunggulkan Nagan Raya serta Bagaimana persiapannya?

Meski dana terbatas, namun seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten Nagan Raya telah berkomitmen tampil maksimal di ajang PKA ini, kami dan para pelaku seni budaya juga kuliner telah melakukan persiapan matang. Semua yang kami hadirkan itu adalah semua budaya khas Aceh, seperti kerijinan tradisoonal anyaman tikar, Rapa-i Saman, Rateb Meuseukat, Ratoh Jaroe, Seudati Tunang dan banyak lagi seni lainnya.

Menurut Anda bagaimana PKA itu dikelola?

Sebagai momen perhelatan budaya yang besar di tingkat pemerintah provinsi sudah sepatutnya, semua pihak yang terlibat mengelola dengan jujur serta akuntabel, tidak ada hal yang disembunyikan. Sebab tipikal orang Aceh, tampil apa adanya serta sangat menghormati tamu atau adat pemulia jamee.

Baik, ini menjadi masukan sangat baik bagi pelaksana PKA. Lalu Bagaimana strategi pengembangan PKA di Nagan Raya?

Sebagai kabupaten yang berusia muda di Aceh, tentunya pemerintah terus berupaya melindungi khazanah budaya dengan menjunjung tinggi kearifan lokal tanpa mengabaikan perkembangan zaman. Maka kepada generasi penerus Nagan Raya pemerintah memberi ruang lebar mengembangkan diri untuk mengurusnya lewat dinas atau instansi terkait. Jadi, pemerintah tetap melestarikan budaya.

Di era serba canggih seperti saat ini, apa kira-kira yang dapat diraih dari PKA?

Semakin jauh melangkah, peradaban manusia juga berevolusi sesuai zamannya. Karenanya, PKA sebagai cakupan warna-warni dari budaya Aceh, kiranya dapat memberi daya tarik tersendiri dan budaya yang ditampilkan tetap terwarisi dan terjaga dengan sempurna. Akibat tidak dikawal secara ketat maka tidak tertutup kemungkinan budaya yang kita miliki suatu saat akan diklaim sebagai budaya orang luar. Ini ironis, maka menjaga dan melestarikan yang paling baik adalah lewat even seperti PKA. Kalau perlu dihelat sepanjang tahun agar generasi tak melupakan budaya dan tradisinya. Generasi yang baik generasi yang mengetahui dan menjaga budaya sendiri.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved